Lebih dari sepekan kampanye telah berlangsung. Dari arena kampanye yang paling menonjol kita lihat hanyalah arak-arakan massa dan atribut Parpol secara simbolis. Kemudian massa diajak bergoyang oleh para artis dangdut yang dibooking oleh Parpol. Dari pemandangan ini dapat kita simpulkan kampanye hanyalah unjuk kekuatan dan unjuk kegembiraan seolah -olah parpol hanya menyemarakkan Pemilu 9 April 2014.
Kampanye idealnya adalah kontrak politik yang dilakukan oleh Parpol kepada masyarakat. Dengan adanya kontrak politik ini, maka semua Parpol wajib serius mengurusi negara ini ke arah yang lebih baik. Nyatanya, apa yang dijanjikan semua parpol masih datar dan itu-itu saja. Bahkan terkesan sangat normatif.
Semua parpol menjanjikan pemberantasan korupsi, meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan, memberikan pendidikan berkualitas, layanan kesehatan, pemberantasan kemiskinan, dan menjadikan masyarakat yang makmur. Semua yang diucapkan itu tanpa dibarengi upaya pencapaian dalam bentuk action langsung, sehingga tidak terkesan hanya lips service.
Yang paling menonjol dari kampanya hanyalah goyangan dan hiburan artis yang sudah dikontrak oleh semua parpol. Pemandangan ini sangat menyedihkan karena harapan kita bersama semua parpol akan mengedukasi masyarakat dengan pendidikan politik.
Massa dengan atribut partai pun seringkali melanggar rambu lalu lintas. Mereka arak-arakan tanpa helm keselamatan. Yang kita lihat dari kampanye adalah kesemrawutan massa yang berkumpul. Mengapa dari tahun ke tahun pemandangan seperti ini tidak pernah hilang? Seharusnya semua parpol menekankan pada massanya untuk pakai helm, taat lalu lintas, dan menjadi pelopor peraturan dan melarang arak-arakan massa yang membuat keonaran di jalan.
Tujuan kampanye idealnya mengedukasi masyarakat dengan pendidikan politik supaya jadi manusia yang cerdas menyampaikan aspirasi politiknya . Tujuan ini bisa tercapai jika semua Parpol sepakat bahwa mereka berpolitik bukan hanya mengejar kekuasaan, tetapi memberikan pendidikan politik gratis dan berkualitas kepada masyarakat. Inilah kelemahan mendasar dari Parpol kita.
Parpol kita gagal menjalankan apa yang jadi fungsinya memberikan pendidikan politik. Sementara hanya pendidikan politiklah yang bisa menyadarkan masyarakat bahwa partisipasi politik yang mereka berikan sangat menentukan masa depan dan nasib bangsa ini.
Setelah kita mengevaluasi kampanye yang telah berlalu, saatnya model kampanye dicarikan agar hal yang sama jangan lagi terjadi di tahun -tahun berikutnya. Keadaban sebuah bangsa sangat ditentukan oleh masyarakatnya. Masyarakat yang cerdas, terdidik, santun, dan punya wawasan bisa terbangun jika mereka diberikan pendidikan politik dan keteladanan. Pendidikan politik dan keteladanan seharusnya menjadi tugas utama semua parpol yang ada.
Parpol adalah salah satu pilar utama demokrasi. Demokrasi dimana pun Parpol adalah kata kunci untuk membangun demokrasi (democracy building) yang bermartabat. Demokrasi adalah jembatan atau sarana (tools) untuk mewujudkan cita-cita NKRI yang tertuang dalam UUD 1945. Dalam hal inilah, semua Parpol punya tanggung jawab untuk tercapainya tujuan negara melalui pendidikan politik atau politik yang mengedukasi melalui kampanye.
(#)