Rabu, 16 April 2025

Harga Minyak Merosot 4 Persen akibat Ketegangan Dagang AS-China

Robert Banjarnahor - Rabu, 09 April 2025 12:00 WIB
71 view
Harga Minyak Merosot 4 Persen akibat Ketegangan Dagang AS-China
Ist/SNN
Harga Minyak Dunia Mengalami Penurunan Imbas Perang Dagang
Jakarta(harianSIB.com)

Harga minyak dunia merosot hampir 4 persen pada perdagangan Rabu (9/4), dipicu kekhawatiran menurunnya permintaan global akibat memanasnya perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar, Amerika Serikat dan China.

Harga minyak saat ini berada di titik terendah dalam lebih dari empat tahun terakhir.

Baca Juga:

Mengutip laporan Reuters dan dilansir dari CNNIndonesia.com, harga minyak mentah berjangka Brent turun sebesar US$2,13 atau 3,39 persen menjadi US$60,69 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) dari AS juga tertekan, turun US$2,36 atau 3,96 persen ke level US$57,22 per barel.

Brent tercatat menyentuh level terendah sejak Maret 2021, sedangkan WTI mencapai titik terendah sejak Februari 2021.

Baca Juga:

Penurunan ini terjadi secara beruntun selama lima sesi perdagangan sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif besar-besaran terhadap sebagian besar produk impor, yang memicu kekhawatiran akan terjadinya perang dagang global dan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk permintaan bahan bakar.

Seorang pejabat Gedung Putih menyatakan bahwa AS akan memberlakukan tarif sebesar 104 persen terhadap produk asal China mulai hari ini. Tambahan tarif sebesar 50 persen diumumkan setelah China mengenakan tarif balasan atas barang-barang asal AS.

Sebagai respons, China menegaskan tidak akan tunduk pada kebijakan Trump dan menetapkan tarif balasan sebesar 34 persen terhadap seluruh produk asal AS yang masuk ke wilayahnya.

"Balasan agresif China mengurangi peluang kesepakatan cepat antara dua ekonomi terbesar dunia, yang memicu meningkatnya kekhawatiran akan resesi ekonomi di seluruh dunia," kata Ye Lin, wakil presiden pasar komoditas minyak di Rystad Energy.

"Pertumbuhan permintaan minyak China sebesar 50 ribu barel per hari hingga 100 ribu barel per hari terancam jika perang dagang berlanjut lebih lama, namun, stimulus yang lebih kuat untuk meningkatkan konsumsi domestik dapat mengurangi kerugian," katanya.

Yang memperburuk penurunan minyak adalah keputusan OPEC+ minggu lalu, yang menyatukan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia, untuk menaikkan produksi pada Mei sebesar 411 ribu barel per hari, sebuah langkah yang menurut para analis kemungkinan akan mendorong pasar menjadi surplus.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa Brent dan WTI bisa turun ke US$62 dan US$58 per barel pada Desember 2025 dan ke US$55 dan US$51 per barel pada Desember 2026.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru