Sabtu, 22 Februari 2025

Kemenkes Imbau Waspada DBD di Musim Hujan, Kasus Capai 6.050 dalam Sebulan

Robert Banjarnahor - Minggu, 16 Februari 2025 09:52 WIB
224 view
Kemenkes Imbau Waspada DBD di Musim Hujan, Kasus Capai 6.050 dalam Sebulan
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
FOGGING PENCEGAHAN DBD Petugas melakukan fogging atau pengasapan di kawasan Duren Tiga, Pancoran, Jakarta, Jumat (2/11/2018). Pengasapan tersebut untuk mencegah wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terutama pada peralihan musim kemarau ke musim huja
Jakarta(harianSIB.com)

Masyarakat diimbau agar lebih waspada terhadap penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di musim hujan dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan.

"Dengue masih menjadi ancaman kesehatan serius bagi masyarakat Indonesia. Kasusnya terjadi sepanjang tahun dan cenderung meningkat saat musim hujan," ungkap Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini, dalam acara Langkah Bersama Cegah DBD di Jakarta, Sabtu (15/2/2025), dikutip dari Antara.

Baca Juga:

Ia menambahkan bahwa penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini bukan hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga mempengaruhi produktivitas masyarakat dan membebani sistem layanan kesehatan.

Berdasarkan data terbaru, sejak awal Januari hingga 3 Februari 2025, tercatat 6.050 kasus DBD dengan 28 kematian, tersebar di 235 kabupaten/kota di 23 provinsi.

Baca Juga:

Ina menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk mengendalikan penyebaran dengue melalui berbagai program, termasuk pengendalian vektor, Gerakan 3M Plus, serta Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang terus diperkuat dengan edukasi berkelanjutan.

Selain itu, pemerintah telah menetapkan Strategi Nasional Penanganan Dengue 2021-2025 yang menekankan sinergi lintas sektor antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memperluas jangkauan edukasi dan pencegahan.

Ina Agustina juga menegaskan bahwa untuk melawan dengue tidak cukup hanya dengan satu pendekatan.

Pemerintah telah mengadopsi strategi berbasis inovasi, termasuk implementasi nyamuk ber-Wolbachia di beberapa daerah seperti Yogyakarta, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang, serta vaksinasi sebagai langkah perlindungan tambahan.

"Upaya ini perlu didukung oleh peran aktif masyarakat, salah satunya dengan menerapkan 3M Plus yaitu menguras, menutup, mendaur ulang, dan mencegah gigitan nyamuk," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Penyakit Anak I Gusti Ayu Nyoman Partiwi menyoroti potensi peningkatan kasus dengue, terutama pada musim hujan.

Berdasarkan data, sebanyak 47 persen kasus dengue terjadi pada anak-anak dan remaja, di mana kelompok usia 1 hingga 14 tahun memiliki angka kematian tertinggi, yaitu 45 persen pada anak usia 5-14 tahun dan 21 persen pada anak usia 1-4 tahun.

"Pencegahan menjadi kunci utama, dan vaksinasi dapat menjadi langkah perlindungan tambahan," kata Ayu.

Ayu mengatakan, dengue pada anak sering kali diawali dengan gejala demam tinggi, nyeri kepala, nyeri otot, bintik merah di kulit, muntah, dan sakit perut.

Ia menyebut, jika terlambat ditangani maka dapat berlanjut ke syok dengue yang berisiko fatal.

Namun demikian, ia menambahkan bahwa vaksinasi dengue tidak tercakup dalam program BPJS, melainkan dalam Program Imunisasi Nasional yang menargetkan anak-anak.

"Untuk itu, langkah pencegahan dini sangat penting, dan masyarakat diimbau untuk tidak menunggu hingga terlambat dalam menangani penyakit ini," ujar Ayu Nyoman.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru