Kamis, 06 Februari 2025

Barang-Barang Khas Imlek dan Filosofi di Baliknya

Robert Banjarnahor - Rabu, 29 Januari 2025 09:47 WIB
84 view
Barang-Barang Khas Imlek dan Filosofi di Baliknya
Foto: Ist
Ilustrasi
Jakarta (harianSIB.com)
Untuk memeriahkan perayaan Imlek, para pedagang di berbagai daerah, termasuk di kawasan pecinan Jakarta, menjual beragam barang khas yang sering digunakan oleh warga keturunan Tionghoa. Barang-barang tersebut meliputi jeruk mandarin, lampion, amplop angpau, hingga gantungan berbentuk lambang shio.

Menurut pakar feng shui Yulius Fang, barang-barang khas Imlek memiliki makna simbolis yang merepresentasikan harapan baik di tahun baru.

"Semua ini merupakan bagian dari budaya Tionghoa, sebagai cara memulai tahun baru dengan energi positif untuk harapan setahun ke depan yang lebih lancar dan harmonis," jelasnya dikutip dari Antara, Senin (27/1).

Baca Juga:

Lentera merah bundar yang umum digunakan untuk menghias rumah, misalnya, melambangkan kebahagiaan keluarga, vitalitas, kesempurnaan, kemakmuran bisnis, serta kekayaan.

Sementara itu, bunga krisan menjadi simbol umur panjang, kekayaan, dan harapan akan masa pensiun yang damai. Bunga krisan kuning, khususnya, diasosiasikan dengan kekayaan karena warna kuning keemasannya.

Baca Juga:

Jeruk mandarin yang kerap disajikan saat perayaan Imlek juga melambangkan kekayaan, berkat warna kuningnya yang menyerupai emas.

Di samping itu, kata jeruk dalam bahasa Mandarin mempunyai sifat homofon. Aksara Mandarin untuk jeruk adalah 橙 (chéng), sama lafalnya dengan 成 (chéng) yang artinya sukses atau berhasil. Aksara Mandarin lain untuk jeruk yaitu 桔 (jú), yang lafalnya hampir sama dengan 吉 (jí) yang artinya beruntung.

Buah apel merah juga biasanya disajikan pada perayaan Imlek. Dalam bahasa Mandarin buah apel disebut 苹果(píng guǒ). Aksara 苹(píng) pada kata apel memiliki lafal yang sama dengan aksara 平 (píng) yang bermakna aman, damai, tenang, dan tenteram. Sementara warna merah dianggap sebagai lambang keberuntungan, energi, vitalitas, dan kebahagiaan.

Buah nanas atau kue nastar yang berisi selai nanas pun umum disuguhkan pada perayaan Imlek. Dalam dialek Hokkien, nanas disebut Ong Lai yang memiliki pelafalan sama dengan 旺来 (wàng lái) yang bermakna kemakmuran dalam Mandarin.

Sajian khas Imlek lainnya yakni kue keranjang, kue manis yang terbuat dari beras ketan dan gula.

Dalam bahasa Mandarin kue keranjang disebut 年糕 (nián gāo), lafalnya sama dengan 年高 (nián gāo). 年(nián) artinya tahun dan 高 (gāo) artinya tinggi. Karenanya, kue keranjang dianggap sebagai lambang pendapatan yang lebih tinggi atau posisi jabatan lebih tinggi atau kemakmuran yang meningkat.

Lapis legit juga termasuk hidangan khas perayaan Imlek. Lapisan-lapisan pada kue ini dianggap sebagai lambang kelipatan rezeki. Semakin banyak lapisan kue, harapannya semakin berlipat-lipat rezeki yang bisa didapatkan.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru