Jakarta (harianSIB.com)
Batak Center menyerukan perhatian yang lebih mendalam bagi
gereja-
gereja di Sumatera Utara terhadap masalah sosial dan moral yang tengah melanda masyarakat, khususnya di kawasan
Danau Toba dan sekitarnya.
Seruan ini disampaikan melalui surat terbuka yang dikirimkan kepada pimpinan Sinode Gereja-
gereja di Sumatera Utara pada awal Oktober 2024, bertepatan dengan Hari Reformasi Gereja.
Baca Juga:
Ketua Umum
Batak Center, Ir Sintong M Tampubolon, dalam jumpa pers di Sekretariat
Batak Center, Jakarta, Jumat (15/11/2024), menyebutkan berbagai masalah sosial yang membutuhkan perhatian serius, termasuk dekadensi moral, kasus kriminalitas, perjudian online, narkoba, hingga kekerasan dalam rumah tangga dan kejahatan seksual terhadap anak.
Sintong menegaskan modernisasi dan kemajuan teknologi membawa dua sisi yang berlawanan. Meski membawa kemudahan, perubahan ini turut melemahkan ikatan spiritual masyarakat Kristen.
Baca Juga:
"Modernisasi seringkali mengaburkan fokus pada Tuhan dan nilai-nilai keagamaan," ujarnya.
Ia menambahkan, pengaruh media sosial seringkali mengarahkan masyarakat pada konten yang tidak sejalan dengan ajaran Kristen.
Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Kepolisian Daerah Sumatera Utara menunjukkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak masih tinggi.
"Ini adalah tragedi moral dan sosial yang harus kita atasi bersama. Gereja perlu hadir sebagai pelindung dan pembela bagi anak-anak," tegas Sintong.
Usulan
Batak Center untuk Gereja-
gereja
Dalam surat terbuka tersebut, menurut Sekjen Batak Center Jerry R Sirait, Batak Center mengajukan beberapa usulan untuk gereja-gereja di Sumatera Utara.
Pertama, kerja sama antar
gereja lintas denominasi. Gereja-
gereja lintas denominasi diharapkan bersatu dan berkolaborasi untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah sosial yang ada.
"
Batak Center juga mengimbau
gereja-
gereja untuk mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengembangan
UMKM dan produk lokal," ujar Jerry.
Kedua, program edukatif untuk generasi muda. Edukasi dini tentang nilai-nilai kekristenan dan kesadaran pribadi penting untuk menghadapi tantangan modernisasi.
"Melalui pendidikan rohani yang kokoh, kita dapat membentuk generasi yang mampu menghindari pengaruh buruk di era digital," ujar dia.
Ketiga, kepemimpinan
gereja yang teladan. Pemimpin
gereja diharapkan menjadi contoh yang baik bagi jemaat dalam hal integritas, kasih, dan kerendahan hati.