Jumat, 22 November 2024

BMKG Rilis Climate Outlook 2025: Ancaman Cuaca Ekstrem Tetap Harus Diwaspadai

Victor R Ambarita - Selasa, 05 November 2024 07:01 WIB
6 view
BMKG Rilis Climate Outlook 2025: Ancaman Cuaca Ekstrem Tetap Harus Diwaspadai
Foto: Dok/BMKG
Dwikorita Karnawati.
Jakarta (harianSIB.com)

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis laporan komprehensif bertajuk "Climate Outlook 2025" sebagai panduan bagi kementerian, lembaga dan pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan yang terkait dengan fenomena iklim.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam siaran persnya, Senin (4/11/2024), menegaskan tahun 2025 diprediksi tidak akan diwarnai anomali besar seperti El Nino atau Indian Ocean Dipole (IOD), yang akan berada dalam kondisi netral sepanjang tahun.

Baca Juga:

Dwikorita mengungkapkan meskipun sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami kondisi iklim normal, suhu udara permukaan bulanan tetap menunjukkan anomali kecil.

"Suhu udara diprediksi berkisar antara +0.3 hingga +0.6 °C lebih hangat dibandingkan rata-rata normal pada periode Mei hingga Juli 2025," ujarnya.

Baca Juga:

Wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, NTB dan NTT diidentifikasi sebagai daerah dengan potensi anomali suhu tinggi yang perlu diwaspadai.

BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, dengan rentang 1.000 hingga 5.000 mm per tahun.

Dwikorita menjelaskan, 67% wilayah Indonesia, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan sebagian besar Kalimantan dan Papua, diperkirakan menerima curah hujan lebih dari 2.500 mm per tahun.

Sebanyak 15% wilayah lainnya akan mengalami curah hujan di atas normal, yang meliputi sebagian Sulawesi, NTT, dan Kepulauan Maluku. Namun, 1% wilayah, seperti sebagian kecil Sumatera Selatan dan NTT, diperkirakan mengalami curah hujan di bawah normal.

"Perlu diwaspadai juga potensi hari tanpa hujan berkepanjangan di Bali, NTB, dan NTT," imbuh Dwikorita.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyebutkan, kondisi curah hujan normal hingga tinggi pada tahun 2025 dapat mendukung peningkatan produktivitas pertanian di wilayah sentra pangan.

"Namun, bagi daerah dengan potensi curah hujan di bawah normal, penyesuaian pola tanam dan pengelolaan air harus dilakukan. Pemilihan bibit yang tahan kekeringan juga disarankan," jelas Ardhasena.

Untuk wilayah dengan curah hujan melebihi rata-rata, perlu diantisipasi risiko hidrometeorologi ekstrem seperti banjir dan tanah longsor, terutama pada puncak musim hujan.

Ardhasena juga menekankan pentingnya peningkatan fungsi infrastruktur sumber daya air, termasuk optimasi sistem drainase, kolam retensi dan waduk untuk mengurangi risiko banjir dan mendukung penyediaan air selama musim kemarau.

Editor
: Donna Hutagalung
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru