Senin, 16 Desember 2024
* Pentagon Siagakan 12 Kapal Perang dan 4.000 Marinir

Biden Perintahkan Pengerahan Aset Militer AS

* Maskapai Penerbangan AS dan Inggris Batalkan Penerbangan ke Israel
Redaksi - Sabtu, 03 Agustus 2024 10:23 WIB
300 view
Biden Perintahkan Pengerahan Aset Militer AS
Ist/SNN
Presiden AS Joe Biden
Jakarta (SIB)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden memerintahkan militer Amerika Serikat untuk mengerahkan "aset-aset pertahanan" baru di Timur Tengah. Ini dilakukan setelah Iran dan kelompok Hizbullah bersumpah untuk membalas dendam terhadap Israel dan "mereka yang berada di balik" pembunuhan dua petinggi Hizbullah dan Hamas.


"Presiden membahas upaya untuk mendukung pertahanan Israel terhadap ancaman-ancaman, termasuk terhadap rudal balistik dan drone, dengan mencakup pengerahan militer AS yang baru untuk pertahanan," kata Gedung Putih dalam pernyataan tentang percakapan telepon antara Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dilansir Al Arabiya, Jumat (2/8), seperti yang dilansir Koran SIB.


Rencana baru tersebut disusun selama pertemuan mingguan antara menteri pertahanan AS, ketua Kepala Staf Gabungan, dan komandan Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) sebagai tanggapan atas kemungkinan serangan balasan oleh Iran dan Hizbullah. Demikian disampaikan sumber yang mengetahui perencanaan tersebut kepada Al Arabiya English.

Baca Juga:

Gedung Putih mengatakan, sementara Biden menekankan komitmen AS untuk membantu pertahanan Israel, ia juga "menekankan pentingnya upaya berkelanjutan untuk meredakan ketegangan yang lebih luas di kawasan tersebut."


SIAGAKAN 12 KAPAL PERANG
Pembunuhan para pejabat senior kelompok Hizbullah dan Hamas hanya berselang beberapa jam, telah mendorong Iran dan proksi-proksinya bereaksi terhadap dua operasi yang dituduh telah dilakukan Israel.

Baca Juga:

Amerika Serikat (AS), sebagai sekutu Israel pun bersiap menghadapi potensi eskalasi konflik. Terlebih, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (2/8), Washington dipandang ikut terlibat karena mendukung Israel dengan intelijen dan persenjataan. Dukungan ini dimanfaatkan oleh Iran dan Hizbullah untuk mengancam aset-aset yang ada di kawasan Timur Tengah.


"Kami sedang mempersiapkan semua skenario, potensi evakuasi warga Amerika dari kawasan tersebut atau serangan terhadap pasukan kami," ucap seorang pejabat AS, yang enggan disebut namanya, kepada Al Arabiya English.


Pentagon memerintahkan sejumlah kapal perang dan aset militer AS lainnya bergerak ke Timur Tengah tak lama setelah serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Alasan utamanya, menurut pejabat AS itu, adalah mencegah Iran atau kelompok lain yang didukungnya membuka front kedua.


Pejabat AS tersebut mengonfirmasi bahwa sedikitnya ada 12 kapal perang Amerika di kawasan itu, termasuk kapal induk USS Theodore Roosevelt, dan lebih dari 4.000 personel marinir dan pelaut AS. The Washington Post menjadi media pertama yang melaporkan jumlah kapal dan personel militer tersebut.


Namun demikian, aset-aset tersebut yang mencakup kapal-kapal penghancur dan kapal amfibi, telah berada di wilayah tersebut selama berbulan-bulan.


"Belum ada perintah baru secara khusus, apakah itu evakuasi atau lainnya. Tapi kami jelas berada dalam posisi untuk melaksanakan, sesuai kebutuhan, setiap perintah yang diberikan," ujar salah satu pejabat AS lainnya, yang enggan disebut namanya, saat berbicara kepada Al Arabiya English.


Departemen Luar Negeri AS telah mengimbau setiap warga negara Amerika untuk tidak bepergian ke Lebanon atau Israel bagian utara saat ketegangan antara Hizbullah dan Tel Aviv terus meningkat. Beberapa maskapai penerbangan juga membatalkan penerbangan tujuan kedua negara tersebut.


Namun sejauh ini belum ada keputusan yang diambil untuk mengevakuasi warga negara atau pegawai pemerintah AS dari kedua negara itu.

Bersiap Hadapi Serangan

Para pejabat Washington mengungkapkan mereka telah diberi informasi sesaat sebelum operasi militer Israel yang menewaskan komandan Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut, Lebanon. Namun AS membantah telah memainkan peran apa pun dalam serangan tersebut.


Tel Aviv telah mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan Shukr di pinggiran selatan Beirut, dan menyebut serangan itu merespons serangan roket yang menewaskan 12 orang di Dataran Tinggi Golan pada akhir pekan, yang diyakini didalangi oleh Hizbullah -- meskipun kelompok itu membantah.


Pasukan AS yang ada di kawasan itu bersiap menghadapi potensi serangan terhadap posisi mereka di wilayah Irak dan Suriah usai serangan Israel tersebut.


"Ini adalah modus operandi mereka, jadi kami mengantisipasi Iran atau kelompok yang didukungnya akan mengeluarkan perintah untuk menargetkan pasukan kami. Itu adalah apa yang telah mereka lakukan di masa lalu dan apa yang kami harapkan sekarang," ucap salah satu pejabat AS tersebut.


Potensi eskalasi meningkat setelah operasi kedua terjadi ketika pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, terbunuh dalam serangan di Iran. Haniyeh berada di negara itu dalam rangka menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.


Para pejabat AS meyakini Israel mendalangi pembunuhan Haniyeh dan menegaskan Washington tidak turut terlibat.


Shukr dan Haniyeh telah ditetapkan sebagai teroris oleh pemerintah AS, dan keduanya dituduh berperan penting dalam pengeboman Barak Korps Marinir AS di Beirut pada 23 Oktober 1983 silam, yang menewaskan 241 tentara AS.


Baik Hizbullah, Hamas dan pendukung utama mereka di Iran, serta proksi-proksi regional lainnya yang didukung Teheran, semuanya telah bersumpah untuk merespons serangan yang menewaskan Shukr dan Haniyeh.


Wakil Presiden Keterlibatan Internasional pada Institut Timur Tengah, Paul Salem, memperkirakan Hizbullah dan Iran pasti akan membalas. "Dan sulit membayangkan bahwa mereka akan membidik apa pun kecuali target bernilai tinggi di Tel Aviv untuk menunjukkan kesimetrisan setelah serangan di Teheran dan Beirut. Hal ini akan mengakibatkan eskalasi otomatis dan besar," ujarnya.


Batalkan penerbangan
Sementara itu, tiga maskapai penerbangan AS dan Inggris membatalkan penerbangan ke Israel pada Rabu (31/7) sebagai tanggapan atas meningkatnya ketegangan keamanan di kawasan tersebut.


Radio Angkatan Darat Israel melaporkan bahwa maskapai penerbangan AS, United Airlines dan Delta Air Lines, memutuskan untuk pindah setelah pembunuhan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr pada Selasa (30/7).


Harian Yedioth Ahronoth Israel juga mengonfirmasi bahwa British Airways telah mengumumkan penangguhan penerbangannya ke Israel.


"United Airlines, yang mengoperasikan 14 penerbangan mingguan ke Tel Aviv, memberi tahu pelanggan tentang pembatalan penerbangan untuk beberapa hari mendatang," kata surat kabar tersebut.


"Delta membatalkan penerbangan hari Rabu dan Kamis dari New York," tambahnya.


Surat kabar itu mencatat bahwa "British Airways juga mengumumkan pembatalan, meskipun tidak jelas apakah itu untuk 24 atau 48 jam ke depan."


Pada Senin, Austrian Airlines dan Lufthansa dari Jerman juga menangguhkan penerbangan dari dan ke Bandara Ben Gurion di Tel Aviv. (**)

Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru