Bersiap Hadapi Serangan
Para pejabat Washington mengungkapkan mereka telah diberi informasi sesaat sebelum operasi militer
Israel yang menewaskan komandan
Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut, Lebanon. Namun AS membantah telah memainkan peran apa pun dalam serangan tersebut.
Tel Aviv telah mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan Shukr di pinggiran selatan Beirut, dan menyebut serangan itu merespons serangan roket yang menewaskan 12 orang di Dataran Tinggi Golan pada akhir pekan, yang diyakini didalangi oleh
Hizbullah -- meskipun kelompok itu membantah.
Baca Juga:
Pasukan AS yang ada di kawasan itu bersiap menghadapi potensi serangan terhadap posisi mereka di wilayah Irak dan Suriah usai serangan
Israel tersebut.
"Ini adalah modus operandi mereka, jadi kami mengantisipasi
Iran atau kelompok yang didukungnya akan mengeluarkan perintah untuk menargetkan pasukan kami. Itu adalah apa yang telah mereka lakukan di masa lalu dan apa yang kami harapkan sekarang," ucap salah satu pejabat AS tersebut.
Baca Juga:
Potensi eskalasi meningkat setelah operasi kedua terjadi ketika pemimpin biro politik
Hamas, Ismail Haniyeh, terbunuh dalam serangan di
Iran. Haniyeh berada di negara itu dalam rangka menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru
Iran, Masoud Pezeshkian.
Para pejabat AS meyakini
Israel mendalangi pembunuhan Haniyeh dan menegaskan Washington tidak turut terlibat.
Shukr dan Haniyeh telah ditetapkan sebagai teroris oleh pemerintah AS, dan keduanya dituduh berperan penting dalam pengeboman Barak Korps Marinir AS di Beirut pada 23 Oktober 1983 silam, yang menewaskan 241 tentara AS.
Baik
Hizbullah,
Hamas dan pendukung utama mereka di
Iran, serta proksi-proksi regional lainnya yang didukung Teheran, semuanya telah bersumpah untuk merespons serangan yang menewaskan Shukr dan Haniyeh.
Wakil Presiden Keterlibatan Internasional pada Institut
Timur Tengah, Paul Salem, memperkirakan
Hizbullah dan
Iran pasti akan membalas. "Dan sulit membayangkan bahwa mereka akan membidik apa pun kecuali target bernilai tinggi di Tel Aviv untuk menunjukkan kesimetrisan setelah serangan di Teheran dan Beirut. Hal ini akan mengakibatkan eskalasi otomatis dan besar," ujarnya.
Batalkan penerbangan
Sementara itu, tiga maskapai penerbangan AS dan Inggris membatalkan penerbangan ke
Israel pada Rabu (31/7) sebagai tanggapan atas meningkatnya ketegangan keamanan di kawasan tersebut.
Radio Angkatan Darat
Israel melaporkan bahwa maskapai penerbangan AS, United Airlines dan Delta Air Lines, memutuskan untuk pindah setelah pembunuhan komandan senior
Hizbullah Fuad Shukr pada Selasa (30/7).
Harian Yedioth Ahronoth
Israel juga mengonfirmasi bahwa British Airways telah mengumumkan penangguhan penerbangannya ke
Israel.
"United Airlines, yang mengoperasikan 14 penerbangan mingguan ke Tel Aviv, memberi tahu pelanggan tentang pembatalan penerbangan untuk beberapa hari mendatang," kata surat kabar tersebut.
"Delta membatalkan penerbangan hari Rabu dan Kamis dari New York," tambahnya.
Surat kabar itu mencatat bahwa "British Airways juga mengumumkan pembatalan, meskipun tidak jelas apakah itu untuk 24 atau 48 jam ke depan."
Pada Senin, Austrian Airlines dan Lufthansa dari Jerman juga menangguhkan penerbangan dari dan ke Bandara Ben Gurion di Tel Aviv. (**)