Selasa, 28 Januari 2025

Mengapa Banyak Pengusaha Sukses Berasal dari China? Ini Faktornya

Robert Banjarnahor - Senin, 27 Januari 2025 10:27 WIB
131 view
Mengapa Banyak Pengusaha Sukses Berasal dari China? Ini Faktornya
Foto: CNBC
Ilustrasi
Jakarta (harianSIB.com)
Bukan hal baru jika banyak masyarakat keturunan Tionghoa memilih meniti karir sebagai pengusaha, baik di Indonesia maupun di berbagai negara lain di dunia tempat komunitas ini berada.

Fenomena maraknya pengusaha keturunan Tionghoa bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari berbagai faktor yang memengaruhinya.

John Kao, seorang peneliti dari Harvard Business Review, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, melakukan wawancara dengan lebih dari 150 pengusaha keturunan Tionghoa di dalam dan luar China. Ia menemukan bahwa tradisi Konfusianisme memiliki pengaruh besar terhadap pola pikir dan etos kerja mereka dalam menjalankan bisnis.

Baca Juga:

Konfusianisme merupakan filosofi yang berkembang di wilayah budaya seperti China, Jepang, Korea, Taiwan, Hong Kong, Singapura, hingga Vietnam. Filosofi ini menekankan keharmonisan antarindividu dengan tujuan menciptakan kehidupan yang penuh kasih.

Penelitian Kao menunjukkan bahwa 90% dari para pengusaha yang diwawancarai adalah generasi pertama dari keluarga imigran yang melarikan diri dari China saat perang. Sebanyak 40% di antaranya pernah mengalami dampak dari bencana politik seperti revolusi kebudayaan, sementara 32% pernah kehilangan tempat tinggal, dan 28% mengalami kehilangan harta akibat krisis ekonomi di masa lalu.

Baca Juga:

Pengalaman hidup yang penuh tantangan tersebut telah membentuk mentalitas bertahan di tengah berbagai kesulitan. Karakter ulet dan pekerja keras inilah yang membuat para pengusaha keturunan Tionghoa dikenal sukses dalam membangun bisnis mereka hingga saat ini.

Pada masa China kuno, para petani berusaha keras untuk bisa bertahan hidup dari berbagai ancaman, seperti badai, kekeringan, hingga hama. Selain itu, bagi para imigran Tionghoa, membuka bisnis menjadi salah satu kunci utama agar mereka bisa bertahan hidup, terutama saat terjadinya krisis dan perpecahan. Dari situlah fenomena banyaknya masyarakat Tionghoa yang menjadi pengusaha dimulai.

Dengan gejolak politik dan sosial China yang penuh dinamika, terdapat nilai serta prinsip yang dipegang teguh oleh masyarakat keturunan Tionghoa. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Lakukan penghematan untuk dapat terus bertahan hidup
2. Miliki tabungan sebanyak-banyaknya
3. Selalu bekerja keras untuk menghindari kemungkinan terburuk yang tidak dapat diprediksi
4. Satu-satunya orang yang dapat dipercaya adalah keluarga
5. Selalu utamakan pendapat dari kerabat yang tidak kompeten dalam bisnis keluarga daripada penilaian orang asing yang kompeten

6. Selalu patuh terhadap sistem yang menempatkan laki-laki sebagai pemimpin dalam bisnis demi menjaga keselarasan dan arah perusahaan
7. Investasi harus berdasarkan kekerabatan atau afiliasi keluarga, bukan prinsip abstrak
8. Utamakan untuk memiliki barang berwujud, seperti bangunan, sumber daya alam, dan emas batangan daripada barang tidak berwujud, seperti sekuritas tidak berwujud atau kekayaan intelektual

Mengacu nilai-nilai prinsip tersebut, tak heran banyak masyarakat keturunan Tionghoa, terutama mereka yang menjadi generasi pertama, mendirikan berbagai bisnis yang menghasilkan barang berwujud seperti perusahaan real estate, perkapalan, hingga ekspor-impor.

Industri-industri itu pada umumnya memerlukan rentang kendali yang terbatas dan dapat dikelola secara efektif oleh sekelompok kecil orang dalam yang anggotanya bisa diambil dari anggota keluarga sendiri.

Bila diperhatikan, sebagian pengusaha keturunan Tionghoa cenderung mengelola perusahaannya seperti layaknya kaisar China mengelola kerajaannya. Maka dari itu, tak heran bila aset bisnis biasanya hanya diwariskan kepada anggota keluarga. Bahkan di Asia, para jajaran eksekutif dalam suatu bisnis profesional tidak pernah ragu menerima anggota keluarga sebagai pemimpin perusahaan mereka.

Masih merujuk dari penelitian Kao, sebagian besar pengusaha keturunan Tionghoa berpegang teguh pada salah satu pepatah Tiongkok kuno, yaitu "Lebih baik menjadi kepala ayam daripada menjadi ekor sapi besar."

Pada era saat ini, pepatah itu memiliki arti bahwa mereka lebih memilih menjadi bos di bisnis milik sendiri meskipun skalanya kecil, daripada menjadi bawahan di sebuah perusahaan besar.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru