Jakarta (SIB)
Lokus Adat Budaya Batak (LABB) menggelar Ibadah dan Perayaan Natal secara offline dan virtual, yang dipusatkan di lantai 8 Gedung Universitas Mpu Tantular, Jakarta, Rabu, (23/12).
Hadir dalam acara tersebut perwakilan Pabayo (Parsadaan Batak Alumni Yogyakarta), Forum Bangso Batak Indonesia, Batak Center dan Ketua Divisi Hukum Lembaga Dakwah PBNU KH DR (C) Mukhlis Effendi, SH, MH, CMLC.
Tema Natal, “Mereka akan MenamakanNya Imanuel†(Matius 1: 23), dan subtema, “Jangan Takut Yesus hadir menyertai kita semua di tengah pandemi Covid-19â€.
Acara yang dipandu Dr Wilma Silalahi SH MH ini dimulai ibadah dengan pengkotbah Pdt JAU Doloksaribu MMin dan liturgis St Abidan Simanjuntak.
Ketua Panitia St Ir Monang Sirumapea MM dalam sambutannya mengucap syukur di tengah pandemi Covid-19 ini LABB dapat menyelenggarakan perayaan Natal. Monang menghaturkan terima kasih kepada Ir Nikolas S Naibaho MBA yang memberikan dukungan IT, sehingga acara perayaan Natal dapat berlangsung.
“Terima kasih atas dukungan yang diberikan bukan hanya berupa tenaga tetapi peralatan yang canggih sehingga perayaan Natal secara zoom dan live streaming Youtube dapat berlangsung dengan baik,†ujar dia.
Hal senada dikatakan Ketum LABB Budi Sinambela BBA yang mengucap syukur perayaan Natal dapat berlangsung di tengah keterbatasan dan hambatan karena adanya pandemi Covid-19 ini.
“Biarlah pujian dan penyembahan yang diberikan pada perayaan Natal saat ini menjadi dupa yang harum di hadapan Tuhan. Sungguh besar penyertaan Tuhan, Imanuel, Allah beserta kita,†imbuhnya.
Sementara Ketum Dewan Mangaraja LABB, Brigjend TNI (Pur) Berlin Hutajulu, mengatakan Natal ini mengingatkan akan kelahiran Yesus Kristus yang dinubuatkan 700 tahun sebelum Dia datang ke dunia.
“Kelahiran Yesus Kristus ini sudah dinubuatkan 700 tahun sebelumnya. Itulah hebatnya Tuhan kita. Tidak ada yang seunik dan luar biasa seperti Tuhan Yesus. Tuhan datang beserta kita, Imanuel,†katanya.
Dalam kotbahnya, Pdt JAU Doloksaribu mengutarakan pandemi Covid-19 memaksa perubahan dan melakukan adaptasi.
“Keadaan ini menuntut setiap orang belajar lagi, tidak peduli berpendidikan tinggi atau tidak berpendidikan, pejabat tinggi atau rakyat sahaja, orang kaya atau miskin dan laki-laki atau perempuan,†ujarnya.
“Salah satu kelemahan orang Batak adalah tak suka belajar. Sebenarnya punya bakat tetapi karena tak mau belajar berarti tak ada pembelajaran. Lihatlah orang yang belajar itu pasti berkembang,†kata Doloksaribu.
Dalam Ibadah Natal secara offline, diadakan penyalaan lilin oleh 10 perwakilan yang hadir saat itu. (J03/Victor/c)
Sumber
: Hariansib edisi cetak