Pesawat penjelajah Voyager telah meninggalkan Tata Surya selama bertahun-tahun lamanya. Analisis data terbaru mengungkapkan, pesawat itu mendeteksi semburan sinar kosmik dari Matahari yang jauhnya lebih dari 23 miliar kilometer (km).
Analisis data terbaru dari Voyager 1 dan Voyager 2 menemukan ledakan pertama elektron sinar kosmik di ruang antarbintang. Partikel berenergi ini, berakselarasi setelah terbawa ke pinggiran Tata Surya oleh gelombang kejut dari letusan Matahari yang dikenal sebagai lontaran massa koronal.
“Gagasan bahwa gelombang kejut mempercepat partikel bukanlah hal yang baru. Tapi, tidak ada yang melihatnya dengan gelombang kejut antarbintang, dalam medium murni yang benar-benar baru,†kata astrofisikawan, Don Gurnett dikutip Live Science, Senin (7/12).
Ketika gelombang energi yang diikuti oleh plasma dari pelepasan massa koronal mencapai ruang antarbintang, gelombang kejut tersebut mendorong sinar kosmik energi yang lebih tinggi untuk mengenai medan magnet tangen.
Plasma kemudian memanaskan elektron berenergi rendah yang kemudian merambat di sepanjang medan magnet. Pada beberapa kasus, data dari Voyagers menunjukkan butuh waktu sebulan bagi plasma untuk mengejar gelombang kejut yang semakin cepat. Wilayah hulu inilah yang sekarang disebut oleh ilmuwan sebagai guncangan sinar kosmik.
Memahami fisika radiasi kosmik dan gelombang kejut Matahari dapat membantu memberikan batas Tata Surya dengan lebih baik. Selain itu, hal ini juga dapat memberikan pemahaman tentang bintang yang meledak dan ancaman radiasi di luar angkasa. (Okz/d)
Sumber
: Harian SIB Edisi Cetak