Gelombang modernisasi seringkali mengorbankan
lingkungan demi keuntungan ekonomi. Huria Kristen Batak Protestan (
HKBP) berani bersikap tegas terhadap tawaran pemerintah bagi ormas keagamaan untuk mengelola tambang.Sikap ini merupakan suatu langkah berani yang patut diapresiasi.
Pernyataan Ephorus
HKBP, Pdt Dr Robinson Butarbutar, menunjukkan bahwa keberanian moral dan tanggung jawab
lingkungan harus menjadi prioritas utama, bahkan di atas tawaran ekonomi yang menggiurkan. Dengan menolak terlibat dalam pengelolaan tambang,
HKBP tidak hanya mempertahankan integritasnya sebagai lembaga keagamaan yang fokus pada pembinaan spiritual. Hal ini penegasan komitmennya terhadap pelestarian
lingkungan.
Sikap ini adalah refleksi dari Konfesi
HKBP tahun 1996 yang menekankan tanggung jawab menjaga ciptaan Tuhan. Pemerintah, dalam usahanya untuk meningkatkan investasi dan pengelolaan sumber daya alam, telah menawarkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus kepada ormas keagamaan. Namun,
HKBP dengan tegas menolak tawaran ini, yang tentu saja apa pun alasannya patut dihormati.
Baca Juga:
Dalam pemahaman
HKBP, Tuhan memberikan kuasa kepada manusia untuk memelihara dunia ini dengan tanggung jawab penuh.
HKBP bersaksi bahwa tanggung jawab manusialah untuk melestarikan semua ciptaan Tuhan supaya manusia itu dapat bekerja, sehat, dan sejahtera. Itu sebabnya,
HKBP menentang setiap kegiatan yang merusak
lingkungan, seperti membakar dan menebang pohon di hutan atau hutan belantara.
HKBP sebagai salah satu institusi keagamaan terbesar di Indonesia, telah mengambil langkah penting dalam pelestarian
lingkungan yang berwawasan ekologi.
Baca Juga:
Melalui kerja sama dengan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL),
HKBP telah meluncurkan buku "Tuhan Menciptakan Semuanya Itu Baik Adanya", yang menekankan pentingnya pendidikan
lingkungan dan pelestarian alam.
HKBP juga telah menetapkan Minggu Ekologi, yang dirayakan pada 24 September, sebagai hari untuk memperingati dan mengaktualisasikan komitmen gereja terhadap
lingkungan. Ini merupakan langkah konkret
HKBP dalam mengintegrasikan nilai-nilai ekologis ke dalam liturgi dan kehidupan jemaat.
Dalam konteks regional,
HKBP berperan aktif dalam menjaga hutan Tapanuli agar tetap lestari, yang tidak hanya penting bagi keseimbangan ekologi tetapi juga sebagai warisan kekayaan alam bagi generasi mendatang. Gereja mengajak generasi muda untuk menjadi Kristen "Hijau", yang bergaya hidup ramah alam dan menjadi inspirasi bagi orang lain dalam pelestarian
lingkungan.
Selain itu,
HKBP secara resmi telah menyatakan tanggung jawabnya terhadap alam dan
lingkungan dalam konfesinya pada tahun 1996. Melalui konfesi ini,
HKBP mengajak seluruh warga gerejanya untuk berpartisipasi dan terlibat langsung dalam pelestarian alam dan
lingkungan. Ini merupakan sikap resmi
HKBP, yang harusnya dimanifestasikan seluruh jemaat di semua level, dari pusat, distrik, resort hingga huria.
Sikap
HKBP ini sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan penggunaan teknologi ramah
lingkungan. Mereka mengadvokasi transisi ke energi bersih seperti solar dan wind energy, yang tidak hanya mengurangi kerusakan
lingkungan tetapi juga membantu dalam memerangi pemanasan global.
HKBP juga aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan baik secara institusi, maupun jemaat secara pribadi dan kelompok.
Kita mendukung sikap
HKBP yang menunjukkan bahwa keberlanjutan
lingkungan dan kesejahteraan umat manusia harus selalu menjadi pertimbangan utama dalam setiap keputusan pembangunan. Keberanian
HKBP dalam menolak tawaran pemerintah adalah contoh nyata dari komitmen mereka terhadap nilai-nilai ini. Semoga sikap ini dapat menginspirasi lebih banyak lembaga dan individu untuk mengambil langkah serupa dalam melindungi bumi kita yang berharga ini. (**)
Editor
: Bantors Sihombing