Senin, 31 Maret 2025

Bersinar di Tengah "Badai"

Redaksi - Minggu, 09 Mei 2021 12:05 WIB
955 view
Bersinar di Tengah "Badai"
Istimewa
Logo HUT ke-51 
Untuk kedua kalinya, Surat Kabar Harian (SKH) Sinar Indonesia Baru (SIB) melalui hari lahirnya, 9 Mei di tengah badai (pandemi) Covid-19. Namun saat HUT ke-50 tahun lalu dan HUT ke-51 tahun ini, kami tetap merayakannya meskipun secara sederhana dan terbatas. Hal ini sebagai ungkapan syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih.

Ada beberapa hal yang menjadi alasan kami tetap bersyukur meskipun dalam masa yang kurang kondusif. Selain karena ajaran agama yang mewajibkan selalu bersyukur dalam segala keadaan, juga karena SIB yang didirikan Bapak DR GM Pangggabean (Alm) dan Ibu Ramlah Hutagalung pada 9 Mei 1970 ini masih tetap bersinar (survive) sampai saat ini meskipun badai sering menghadang perjalanannya.

SIB pernah dibredel karena pemberitaannya di masa orde baru, kemudian pernah diserang orang bersenjata yang diduga didalangi "mafia" judi yang merasa terganggu karena SIB dalam pemberitaannya selalu anti dan menolak judi. SIB juga berulangkali diadukan ke Dewan Pers karena pemberitaan dan perjuangan pembentukan Provinsi Tapanuli serta pemberitaan lainnya tentang "pergolakan" HKBP dan lainnya yang sempat membuat koran ini "goyang" karena penurunan tiras.

Selanjutnya adalah "badai" yang juga dialami bersama media arus utama (mainstream) lainnya, yaitu "serangan" media sosial dan media online lainnya dengan memanfaatkan teknologi digital yang biaya produksinya jauh lebih murah dan lebih cepat diakses pembaca. Kemudian saat ini SIB juga turut terdampak pandemi Covid-19.

Pembatasan kegiatan yang dilakukan pemerintah untuk menghempang penularan virus corona sangat mempengaruhi media cetak. Selain berdampak terhadap penurunan tiras, juga terhadap penurunan omset dari iklan (advertising) yang mengakibatkan anjloknya penghasilan perusahaan.

Untuk tetap bersinar maka konsekwensinya perusahaan menekan biaya produksi. SIB yang tadinya masih tetap bertahan terbit 20 halaman setiap hari, terpaksa mengurangi 4 halaman menjadi 16 halaman dan dikurangi lagi menjadi 12 halaman.

Pengurangan halaman ini juga tidak sampai mengorbankan visi SIB "Untuk Demokrasi, Persatuan dan Pembangunan" serta misinya mencerdaskan kehidupan masyarakat melalui pemberitaan setiap hari. Sehingga meskipun halaman berkurang, tetapi konten dan rubrik-rubrik pemberitaan yang diminati tetap disajikan. Bahkan kami tidak tinggal diam, seperti kopi espresso yang dikondensasi, maka dengan pengurangan halaman, kontennya lebih diseleksi dan dikentalkan sehingga enak dibaca dan SIB tetap "up to date" sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Selain itu, peningkatan efektivitas dan keamanan karyawan juga menjadi salah satu keputusan manajemen SIB, sehingga tidak memilih untuk mengurangi jumlah karyawan di tengah pandemi. Untuk mengurangi keramaian di kantor, giliran kerja juga dilakukan. Sehingga setiap harinya para karyawan sebagian melakukan pekerjaan dari rumah (WFH) dan sebagian lagi bekerja di kantor (WFO). Demikian dilakukan secara bergiliran dengan tetap mematuhi protokol kesehatan Covid.

Masalah lainnya yang juga menghadang dunia pers secara umum, termasuk SIB adalah sulitnya interaksi tatap muka dengan para narasumber di tengah pandemi ini. Pandemi ini menjadi alasan bagi mereka untuk menolak bertatap muka dengan para pekerja pers. Sehingga menyulitkan bagi pekerja pers untuk mendapatkan informasi secara langsung dari narasumber dan melakukan check and recheck berita sebagaimana amanah UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.

Kondisi ini jugalah yang diduga menjadi salah satu alasan sulitnya menghempang berita-berita hoax yang dikonsumsi masyarakat lewat sejumlah media sosial dan media lainnya yang tidak bertanggungjawab. Padahal media cetak dalam penerbitannya sangat berperan untuk menghempang berita hoax karena setiap hari selalu mengedepankan keakuratan daripada kecepatan berita sampai di tangan pembaca.

Meskipun badai itu datang silih berganti, tetapi SIB masih tetap bersinar. Ini tentu karena kepercayaan, kesetiaan dan kecintaan para pembaca serta kesetiaan para pekerjanya. Kami memang sudah berusia 51 tahun, tetapi kami sadar masih banyak kekurangan kami dalam menyajikan berita kepada para pembaca. Hal ini terbukti dari perhatian pembaca, baik lewat telepon maupun surat biasa dan surat elektronik (email) yang dilayangkan untuk menyapa dan menyampaikan komentar, penjelasan dan koreksi atas berita yang kami sajikan. Perhatian para pembaca itu bukan dari dalam negeri saja, tetapi juga dari berbagai negara.

Seiring dengan arus globalisasi, maka perusahaan juga sudah membentuk satu media online di bawah asuhan redaksi terpisah dan mandiri yang dapat dinikmati lewat jaringan hariansib.com. untuk memenuhi kerinduan pembaca di seluruh dunia akan berita kampung halaman dan Sumatera Utara umumnya.

Bagi kami, teman yang baik adalah yang mau mengingatkan kami agar semakin baik dan tidak larut dalam kesalahan. Sehingga kami mengartikan tingginya perhatian para pembaca ini merupakan bukti bahwa kami memiliki banyak teman yang baik, setia dan cinta kepada SIB.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas kecintaan, kesetiaan dan perhatian para pembaca kami. Dirgahayu 51 Tahun SKH Sinar Indonesia Baru. (*)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru