Urusan uang belanja kerap membuat drama antara suami dan istri. Apalagi jika uang belanja untuk istri dijatah suami dan ternyata tak mencukupi kebutuhan rumah tangga setiap harinya. Bagaimana dampak psikologis jika uang belanja dijatah dan istri hanya bisa pasrah?
Psikolog Meity Arianty STP MPsi mengungkapkan urusan uang belanja seharusnya adalah komitmen saat awal pernikahan. Seorang istri sebaiknya memahami keadaan pendapatan atau gaji suaminya. Sejak awal menikah, pasangan harus saling terbuka satu sama lainnya, termasuk mengenai gaji.
"Harus ada keterbukaan mengenai keuangan dalam keluarga agar tidak terjadi kesalahpahaman. Jika suami memberi jatah yang tidak mencukupi kebutuhan, harus dipahami juga apakah kemampuan suami hanya seperti itu karena tidak bisa dipaksakan. Jika kemampuan suami hanya sebatas itu, istri juga harus paham bagaimana mengatur keuangan jika jatah dari suami pas-pasan, sehingga materi jangan dijadikan alasan untuk saling menyalahkan, anda bisa komunikasikan bersama pasangan," kata Mei saat dihubungi belum lama ini.
Mei juga menjelaskan dampak psikologis baik dan buruknya jika uang belanja dijatah oleh suami. Kata psikolog dosen di Universitas Gunadarma itu, seorang istri tidak akan stres secara psikologis jika sejak awal sudah ada komunikasi soal uang belanja ini.
"Sebenarnya kembali ke yang menjalani karena setiap orang akan berbeda melihat kondisi seperti itu. Jika istri mengerti dan memahami ia tidak akan tertekan jika uang belanjanya dijatah," kata Mei.
Namun kondisi berbeda akan dirasakan seorang istri ketika menaruh harapan lebih pada suaminya akan uang belanja. Hal ini bisa terjadi saat pasangan tidak terbuka mengenai kondisi keuangan.
"Jika istri berharap dan menginginkan yang lebih tinggi sementara suami tidak bisa memberikan, maka tentu istri akan tertekan, stres dan akan menjadi masalah dalam rumah tangga. Jadi dampak psikologis buat istri jika uang belanja dijatah akan tergantung sejauh mana istri menerima kondisi keuangan suaminya," pungkas Mei.
Cara Mengatur Uang Belanja
Bagi ibu rumah tangga, salah satu tugas terpenting adalah mengelola pemasukan dan pengeluaran dalam rumah tangga. Uang belanja yang biasanya diberikan suami, harus dapat dimanfaatkan secara maksimal. Lalu bagaimana caranya mengatur uang belanja dari suami agar cukup atau malah bisa ditabung?
Pakar keuangan Bareyn Mochaddin SSy MH RPP® mengungkapkan tiga cara yang bisa para istri lakukan agar dapat mengatur uang belanja yang sudah diberikan oleh suami. Berikut penjelasannya:
Plannning
Pertama adalah planning atau merencanakan apa saja yang ingin dibeli di hari minggu atau bulan mendatang. Ibu-ibu bisa membuat daftar atau rincian kebutuhan yang akan diperlukan.
"Ketika sesi planning, coba istri dan suami ngobrol. Suami inginnya apa, mau dimasakin apa. Sebaliknya, suami juga perlu tahu kebutuhan istrinya apa. Tulis semua yang diinginkan di kertas," kata Bareyn Mochaddin, saat dihubungi, Kamis (28/1).
Budgeting
Kedua adalah budgeting. Sebaiknya istri mencocokkan antara hal-hal yang ingin dibeli dengan uang belanja yang dimiliki. Setelah planning selesai, kemudian masuk ke sesi budgeting. Pada sesi ini, biasanya perlu kompromi antara suami dan istri.
Apalagi jika uang bulanan pas-pasan, tentu ada yang perlu dikorbankan, bisa jadi keinginan suami ataupun kemauan istri yang dikorbankan. Hal yang perlu diprioritaskan dalam rencana pengeluaran bulanan adalah pengeluaran yang bersifat kebutuhan. Di antaranya adalah makanan, minuman, listrik, air, internet, cicilan (bila ada), pembayaran premi asuransi dan investasi.
Executing
Executing adalah tentang aktivitas belanjanya sesuai rencana ataukah tidak? Jangan sampai membeli sesuatu yang tidak sesuai rencana dan akan menambah pengeluaran.
Kebanyakan yang memegang kendali di sesi executing atau pelaksanaan ini adalah istri. Apalagi istri yang diberikan uang belanja secara "gelondongan". Tapi akan lebih baik jika masih dilakukan bersama suami. Pastikan uang yang diberikan dibelanjakan sesuai rencana semula.
Idealnya, tiga langkah ini tidak hanya dilakukan oleh istri saja, tetapi juga bersama suami. Agar bisa menjalin kerja sama yang baik dalam mengatur uang belanja dalam rumah tangga. (Wolipop/f)
Sumber
: Hariansib edisi cetak