Pandemi Covid-19 telah mengubah segalanya. Termasuk dalam pendidikan anak. Sudah lebih 9 bulan ini peserta didik di Indonesia semua tingkatan belajar dari rumah dengan sistem dalam jaringan (daring/online). Orangtua pun harus mendampingi anak-anaknya belajar di rumah, bahkan membantu mereka mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
Mengasuh dan mendampingi anak belajar dari rumah (BDR) nyatanya tidak mudah. Pasalnya, tidak semua orangtua punya kemampuan untuk mengajar meski mendidik anak sejatinya juga tugas orangtua.
Ditambah masih banyak orangtua tidak memiliki fasilitas pendukung belajar daring seperti komputer, laptop atau handphone android dan kuota internet. Belum lagi orangtua harus meng-upgrade pengetahuannya untuk bisa membantu anak-anaknya.
Tidak sedikit pula keluhan ibu-ibu di media sosial tentang sulitnya mendampingi anak-anaknya belajar. Bahkan ada yang sampai melakukan kekerasan terhadap anaknya. Kekerasan tersebut diartikan ekspresi kekesalan dan stres yang dialami ibu.
Kenapa ibu ? Faktanya di masyarakat khususnya Indonesia, mengasuh anak termasuk mendampingi mereka belajar di rumah dibebankan kepada ibu atau perempuan. Ini bisa kita lihat keluhan-keluhan sulitnya mengajar anak di rumah banyak diungkapkan kaum ibu.
Padahal seharusnya tidak boleh hanya ibu saja yang berperan. Suami sebagai ayah juga harus turun tangan secara aktif mendampingi anak dalam belajar. Ketika ayah dan ibu bekerjasama dalam mendampingi anak-anaknya, otomatis beban ibu yang sudah berat dengan pekerjaan domestik rumah tangga jauh berkurang. Ibu pun terhindar dari stres.
Pengalaman ini juga dirasakan Camelia Nasution, Sekretaris Forum Komunikasi Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (FK Puspa) Medan, selama mendampingi anaknya mengikuti pembelajaran daring. Peran serta suami dalam mendampingi anaknya belajar di rumah, dirasakan sangat membantunya.
"Pekerjaan seorang ibu itu memang tidak pernah selesai, dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Di sinilah pentingnya komunikasi antara suami dan istri karena idealnya mengasuh anak termasuk mendampingi belajar di rumah tugas ayah dan ibu," kata Camelia.
Ibu satu anak kelas III SD ini mengakui tidak hanya di masa Covid-19, perempuan harus menjalani peran ganda. Sebagai ibu rumah tangga yang mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, juga tak jarang harus mencari nafkah. Sehingga untuk meminimalisir beban ibu, harus ada partisipasi ayah. Komunikasi menjadi modal dasar menyelesaikannya. Suami dan istri memang harus mampu bekerjasama dengan baik.
"Alhamdulillah, suami sangat membantu saya. Intinya dikomunikasikan dengan suami untuk ikut membantu pekerjaan domestik di rumah termasuk mendampingi anak belajar," tutur Camelia.
Camelia juga mengaku cukup terbantu dengan sistem pembelajaran yang diterapkan sekolah anaknya. Menurut dia, guru tempat anaknya sekolah membuat kompetensi minimal sehingga tidak membebani anaknya. Selain metode pembelajaran yang baik, guru anaknya juga melakukan pembelajaran online melalui Zoom sekitar 1 jam perhari. Sehari minimal 2 mata pelajaran.
"Secara pribadi saya tidak mengalami stres selama mendampingi anak belajar daring. Tentu situasi saya tidak sama dengan keluarga lain, tergantung mereka melakukan komunikasi mengelola peran dan tanggungjawab di rumah," tutup Camelia. (R17/c)
Sumber
: Hariansib Edisi Cetak