Jakarta (SIB)- Cheongsam itu sejatinya pakaian khas etnis China. Menjelang Imlek, pesanan baju khas tersebut naik berlipat. Desainer Anne Avantie memodifikasi busana yang pernah jadi tren fesyen internasional tersebut dengan gaya kebaya.
Pemilik Vinkavy Online Shop Peivy mengatakan, keunggulan cheongsam adalah mudah dan nyaman dipakai.
Disebabkan fleksibel, punya bentuk leher tinggi dengan lengkung tertutup, dan lengan baju yang pendek, sedang atau panjang, tergantung musim dan selera pemakainya.
Menurutnya, kelebihan lain cheongsam, yaitu dapat dibuat dari pelbagai macam bahan dan memiliki keragaman sehingga dapat digunakan untuk acara santai maupun resmi. "Cheongsam juga menampilkan kesederhanaan, sekaligus keanggunan dan kemewahan," cerita Peivy.
Ada bermacam motif yang melekat pada cheongsam yang memiliki makna tertentu. Sebagian besar motifnya berupa bunga, seperti peony, teratai, dan krisan. Ada juga motif ikan, burung dan naga.
Karena fleksibel itu membuat cheongsam dipakai sejumlah pihak. Bagi yang punya tubuh seksi, cheongsam yang berpotongan pas badan ini sudah menjadi fesyen yang diminati masyarakat luas.
Sekretaris Jenderal Women Sumatera Foundation Dra Susi Merry Junita Sinaga memodifikasi gaya kebaya ketat dengan ulos. Bersama dengan Dra Veronica Sitanggang, guru yang kini jadi rekan diskusi dan sharing ragam hal, keduanya memodifikasi kebaya dengan keeksotikan ulos.
"Sebagai perempuan Batak, ulos itu kan tondi," tandas Susi Sinaga yang kader Partai Golkar Medan itu sambil menunjuk ketika acara nasional, bersama Veronica Sitanggang mengetengahkan kebaya modifikasi ulos. "Kalau cheongsam kan dari etnis China, ulos kan dari Batak.
Sama-sama punya nilai luhur dan eksotik," tandas Susi Sinaga sambil mengatakan kalau cheongsam bisa menjadi tren fesyen seperti batik dan tenun pastinya ulos pun bisa.
Susi Sinaga menunjuk busana bergaya cheongsam — dipakai karena dalam suasana Imlek — yang dipakai ke acara formal. “Sah-sah saja tiap pribadi punya motif luhur masing-masing dlam berbusana. Sebagai perempuan Batak haruslah melestarikan warisan leluhur,†tandas Susi Sinaga di jelang Perayaan Natal dan Syukuran Tahun Baru 2014 Partai Golkar Sumut di Hotel Danau Toba Itnernasional Medan yang diadakan Senin, (27/1).
Linda Rahmawati, pembuat cheongsam di Jakarta mengatakan, busana bisa menjadi tren fesyen karena terlihat bagu. Menurutnya, sama dengan busana khas dari China itu yang digemari konsumen karena memang suka motifnya.
Motif cheongsam, menurut wanita yang jebolan Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo di Bali, disesuaikan dengan selera yakni cheongsam warna merah dan hitam sebagai variasi kelir merah dan marun. Tetapi di tahun 2014 atau Chinese Lunar New Year disamakan dengan Tahun Kuda dengan motif yang seirama.
Soal modifikasi kebaya, menurut Susi Merry Junita Sinaga dan Veronica Sitanggang, idealnya diperuntukkan untuk berbagai iven. Ia menunjuk modifikasi ulos yang dipakai kader Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Medan Veronica Sitanggang yang unik tapi tidak meninggalkan basicnya.
"Ada pakem yang tidak bisa ditinggalkan, seperti panjang kebaya khas yang terkait langsung dengan adat." (T/R9/ r)