Pekan Menyusui Sedunia atau World Breastfeeding Week, diperingati tiap tanggal 1-7 Agustus setiap tahunnya. Momentum tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan WHO dan UNICEF untuk mendukung ibu menyusui di seluruh dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah menetapkan tema tahun ini adalah 'Support breastfeeding for a healthier planet' atau 'Dukung Menyusui untuk Bumi yang Lebih Sehat'.
Tema itu diangkat, karena menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), lewat menyusui ibu mampu menyelamatkan 82.000 anak di dunia setiap tahunnya. Hal itu yang menjadi alasan WHO dan UNICEF meminta ke pemerintah di masing-masing negara untuk melindungi dan memberikan akses para ibu untuk menyusui serta mendampingi lewat konseling.
Manfaat konseling sendiri juga bisa membantu para ibu agar semakin terbentuk rasa percaya dirinya. Serta, bisa bertahan dalam situasi sulit untuk dapat memberikan yang terbaik untuk anaknya.
WHO dalam laman resminya menjelaskan konsultasi menyusui seharusnya bisa hadir di fasilitas kesehatan atau para konselor yang mendatangi langsung ibu di rumahnya. Ya, meski dalam keadaan pandemi, pemerintah maupun para praktisi diharapkan bisa tetap berinovasi memberikan layanan kepada para ibu yang membutuhkan konseling.
Sejarah Pekan Menyusui Sedunia
Pekan Menyusui Sedunia sendiri pertama kali diperingati pada tahun 1990. Kala itu, WHO dan UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti di Florence, Italia.
Deklarasi tersebut digelar untuk menyepakati setiap tanggal 1-7 Agustus sebagai World Breastfeeding Week atau Pekan Menyusui Sedunia. Tujuan utamanya, tak lain untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI).
Berbagai penelitian sudah membuktikan, ASI adalah nutrisi terbaik bagi bayi di enam bulan pertama usianya. Oleh karena itu, WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan dan dilanjutkan pemberiannya hingga berusia dua tahun atau lebih dengan disertai makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, semoga tingkat keberhasilan menyusui di Indonesia semakin meningkat. Karena ingat, menyusui tak hanya bermanfaat untuk bayi saja, tapi juga untuk ibu. WHO mencatat, menyusui bisa menurunkan risiko ibu terkena kanker payudara, kanker ovarium, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung. (Kumparan/f)