Medan (SIB)-
Festival Jajanan Bango (FJB) 2014 sukses digelar di Medan, Sabtu, (6/6). Meski cuma sehari namun parade makanan khas yang dipusatkan di Lapangan Benteng Medan itu telah menyatukan Nusantara dalam selera. Ada puluhan jenis variasi kuliner dari barat sampai timur Indonesia kegiatan yang ditaja PT Unilever Indonesia Tbk. Khusus dari Sumut (maksudnya Medan) ada Lontong Johor Kak Umi, Kerang Rebus Sumatera, Mie Sop Kampung Bambu Cafe, Nasi Gurih Warung Hijau, Soto Nanda Sei Blutu, Sate Padang Nasional, Sate Memeng, Holat Mandailing, Pakkat Sipirok, Nasi Briyani. Semua kuliner ini memanfaatkan kecap untuk menambah kelezatan rasanya. “Total terdapat 30 kuliner nusantara dan 10 jajanan seperti gorengan khas,†kata Senior Brand Manager Bango PT Unilever Indonesia Tbk Nuning Wahyuningsih didampingi artis Titi Kamal.
Saat pembukaan, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Sri Hartini merekomendasikan beberapa kuliner khas seperti ikan sale gulai, dari Melayu Pesisir. Dari Toba yakni Mie Gomak dan Naniarsik, Naniura, dan Natinombur. “Dari Simalungun ada Dayok Nabinatur. Ini makanan khas saat acara adat di sana. Dayok adalah ayam dan nabinatur artinya teratur. Penyajiannya memiliki filosofi agar kehidupan kita menjadi teratur,†katanya.
Memang, dalam kaitan FJB 2014, ada kegiatan ekspedisinya kuliner nusantara — dipimpin pakar kuliner Arie Parikesit — guna mengeksposes. â€Untuk Sumatera Utara, secara khusus kami tertarik dengan kuliner Tapanuli,†tandas pria yang bersama timnya berencana mengunjungi 20 daerah di Sumatera Utara untuk mendokumentasikan kekayaan kuliner otentik, seperti Samosir, Toba, Balige, Tarutung, Sipirok, Mandailing, hingga ke Nias.
Berkaitan dengan itu, ada warisan kuliner dari Simalungun, Dayok Nabinatur. Sesuai artinya, mulai memotong bagian tubuh unggas itu teratur dan disusun dalam sebuah tempat penghidang dengan susunan yang teratur layaknya seperti susunan ayam tersebut ketika masih hidup.
Dayok nabinatur biasanya dihidangkan pada acara-acara adat ataupun acara keluarga. Secara filosofi, penyajian makanan khas itu bertujuan agar kehidupan menjadi teratur seperti keteraturan dari masakan ayam yang sudah diatur sedemikian rupa. Makanan tersebut biasanya disurdukkan (disuguhkan) sebagai wujud terima kasih dan raya syukur serta doa agar yang menerima diberikan kesehatan olehNya serta memiliki keteraturan di dalam kehidupan.
Dayok nabinatur adalah olahan makanan yang terdiri dari daging ayam yang diolah dengan berbagai jenis rempah. Ayam yang dipakai adalah ayam jantan kampung sebagai simbol dari kegagahan, kekuatan, semangat, kerja keras, pantang menyerah serta kewibawaan. Panganan itu cenderung dipanggang dan ilompah (gulai khas Simalungun).
Bahan-bahan: ayam jantan kampung 1 kor, sikkam / holat (kulit batang daun salam), kelapa parut 1 buah, lengkuas 2 cm, jahe 1 cm, serai 5 batang, bawang merah 5 siung, bawang putih 2 siung, daun salam secukupnya, lada secukupnya, cabe merah/rawit secukupnya.
Cara Membuat: ayam yang disembelih, bagian ayam dipotong sesuai dengan susunan bagian tubuh utuh. Daging pada bagian dada ayam dicincang halus untuk jadi hinasumba tapi dipisahkan. Haluskan semua bumbu-bumbu, kecuali serai cukup memarkan. Tumis bumbu yang telah di haluskan, batang serai dan daun salam di dalam kuali kemudian masukkan potongan daging ayam beserta bagian dalamnya yang telah dibersihkan. Setelah lebih kurang 10 - 15 menit menjelang masak, masukkan kelapa parut yang sudah di sangrai terlebih dahulu. Biarkan selama 30 menit atau sampai matang dan angkat.
Dayok nabinatur juga dipadukan dengan makanan khas Simalungun lainnya yakni Hinasumba. Dalam menikmatinya, guna menambah keeksotikan lezat sesuai selera dapat ditambah kecap atau pedas sesuai kemauan.
Resep dimaksud kadang disesuaikan dengan kebiasaan masing-masing komunitas.
(t/r9/h)Simak berita lainnya di Harian Umum Sinar Indonesia Baru (SIB).
Atau akses melalui http://epaper.hariansib.co/ yang di up-date setiap
hari pukul 13.00 WIB.