Medan (SIB)-
Keluarga besar Lembaga Pelayanan Anak (LPA) Medan, Minggu (9/3/2014), di Restoran Kenanga mengadakan Temu Ramah Pengurus dalam rangka Pelaksanaan dan Pembukaan Pendidikan Teaching Preschoolers, 10 - 14 Maret 2014 di Medan. Sebelumnya, mengerahkan seluruh kemampuan sesuai tugas konseling, LPA Medan mengedukasi anak-anak dan remaja yang bermukim di sekitar Gunung Sinabung pasca erupsi besar gunung yang berada di Tanah Karo tersebut. “Dari kegiatan berkala dan lanjutan itu, diketahui lebih 2.000 anak dan remaja trauma serta butuh pendampingan dalam menyosialisasikan diri, baik dengan sesama makhluk sosial maupun dengan alam. Dibutuhkan semacam terapi psikis untuk memulihkan rasa percaya diri dan penebalan iman agar proses menata kehidupan ke depan bergerak alami sesuai perkembangan jiwa sesuai usianya,†ujar Penasihat LPA Medan Banuara Sianipar SH CPnMM di jeda Pendidikan Teaching Preschoolers dengan instruktur Ketua LPA Joice Sitompul, Ms Janice Jhonson yang khusus datang dari AS, Trifena Sumiyati Helniha dari Jawa dan Judith Petonengan dari Manado.
Banuara Sianipar mengatakan, sejak Gunung Sinabung batuk 6 bulan lalu, LPA Medan melaksanakan tugasnya membimbing anak-anak di wilayah itu guna pendampingan secara psikologis tanpa memandang latar belakang. Saat anak-anak ikut mengungsi, program konseling terganggu karena komunitas anak-anak di lingkungan menjadi kurang tertib.
Sesuai data yang ada padanya, 2.856 anak pengungsi korban letusan Gunung Sinabung di Kab Karo tetap bersekolah seperti biasanya. Saat masih berstatus awas (level IV) ada 1.316 anak korban pengungsi Gunung Sinabung yang sudah mengikuti proses belajar di sekolah-sekolah terdekat dengan lokasi pengungsian dan sudah ditentukan oleh Dinas Pendidikan Kab Karo. Begitu mengungsi, jumlahnya bertambah 1.540 anak. “Anak-anak itu dititipkan pada sekolah terdekat dari pos pengungsian. Tetapi saat konseling, anak-anak dikumpulkan bersama tapi terkendala dengan lokasi yang butuh lebih luas dan terpadu,†tandas pengacara kondang yang mengendalikan Banuara Sianipar & Partner dari Jl Brigjen Katamso Medan itu sambil mengatakan meski sudah melakukan konseling menyeluruh namun LPA Medan ingin pihak lain melakukan hal serupa, khususnya orang terdekat anak-anak hingga trauma dapat dikikis.
Banuara Sianipar merinci, komposisi 2.856 anak pengungsi itu terdiri 1.579 pelajar tingkat SD, 835 pelajar tingkat SMP dan 442 pelajar tingkat SMA. “Tetapi ada anak usia sekolah namun belum masuk ke kelas atau remaja yang sudah tidak menimba ilmu karena ragam alasan.â€
Ketua LPA Joice Sitompul mengatakan, Pendidikan Teaching Preschoolers untuk memberi pembobotan bagi pengurus dan simpatisan LPA Medan hingga dalam pengabdian dan panggilan pelayanan memberi dampak maksimal. Selain itu, ujar perempuan yang aktif di banyak organisasi sosial tersebut, kegiatan pun mengangkat persoalan dalam maksud memberi pembobotan pada kearifan lokal seperti melestarikan kekayaan leluhur dalam mendukung indutri kreatif daerah yang muaranya untuk potensi ekonomi warga. "Jadi ada dua tugas mulia aktivis LPA Medan dalam pelayanannya yakni melayaniNya dan melestarikan budaya!"
Ikut terlibat dalam kegiatan itu anggota DPRD Medan Pnt Paulus Sinulingga yang anggota Majelis GPIB Immanuel Medan bersama istri, Ny Banuara Sianipar, Ny Pdt Robert Tobing br Sihombing, Harris Silalahi SSI, Sapta Brahmana MPdK, Rusliana Sianipar SE, Susalawaty Ginting, St Elsye Tampubolon, Drs Magdalena Manurung, Drs Persima Tarigan, Sabar Surbakti SPd Mor, Sulastri Panjaitan STh, Amri Ginting STh, Tiros Panjaitan AMd dan Karmina Kaban.
(r9/c)