Medan (SIB)
Kondisi global dengan pandemi didahului kemajuan teknologi digital, membuat anak semakin dekat dengan smartphone. Cara tersebut disetarakan dengan inovasi tapi dampaknya memengaruhi kecerdasan emosional. Di antaranya, terlalu lama waktu melihat layar memicu dapat gangguan konsentrasi tapi menulis secara personal (baca: konvensional) di atas kertas membantu daya ingat anak yang lebih baik.
Demikian diutarakan Pembina Kebaktian Wanita ‘Debora’ (KWD) Ny Ria Budi Sinulingga dan Pembina Rohani Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Rosiany Hutagalung usai merayakan Natal dan menjamu anak-anak di Rumah Baca Indonesia (RBI) 29 Medan, Jumat (3/12).
Keduanya memastikan, smartphone sebagai media mendapat ilmu di Internet adalah keniscayaan tapi harus memertimbangkan faktor psikologisnya. Anak, lanjutnya, harus diberi asupan psikologis yang benar dan tepat hingga benar-benar memiliki kualitas. Baik secara ilmiah maupun secara moral religi. Singkatnya, menulis atau mencatat dengan cara personal, sangat penting.
Perbandingannya, menulis dengan kibor tidak melatih kualitas karena yang ke luar dari mesin adalah huruf-huruf yang sama di mana-mana tapi menulis dengan tangan bergerak mengasah banyak sensor dalam tubuh dan jiwa. “Menulis dengan tangan otomatis mengetahui kemampuan personal. Orangtua atau pendamping anak pun dapat menyusupkan pikiran yang tepat hingga kedekatan psikologis anak dengan orangtua makin terbangun,†simpul Ny Ria Budi Sinulingga. “Selain itu, menumbuhkan minat anak menulis dan memacu kemampuan unutk kreativitas!â€
Rosiany Hutagalung memastikan, menulis bermanfaat besar meningkatkan kemajuan cara berpikir anak ke depannya. Manfaat itu meningkatkan kemampuan motorik halus, melatih kreativitas, serta dapat meningkatkan daya ingat melalui metode belajar memahami sambil menulis pelajaran. “Cara kerja motorik tersebut bahkan terjadi pada individu di atas usia anak. Itu sebabnya, SMP - SMA dan mahasiswa masih relevan dengan menulis konvensional,†tegas dosen dan pembimbing di STT BMW Medan tersebut.
Yang paling utama, lanjutnya, melatih motorik sama dengan mengontrol kualitas emosional yang berpengaruh pada kepribadian.
“Sama halnya membaca cara konvensional seperti koran, beda dengan membaca bermedia smartphone,†tutup Rosiany Hutagalung dalam webinar dari kampus BMW Medan.
Mengenai pendampingan anak dalam belajar, Ny Ria Budi Sinulingga menyarankan agar lebih banyak orangtua mendampingi anak guna menanamkan nilai sosial religi.
Pengalamannya membawa kabar suka sesuai Alkitab hingga ke luar Indonesia menunjukkan, bila sejak dini nilai religi ditanamkan dan dimiliki, maka ke depannya menjadi filter dalam kehidupan. “Kualitas kehidupan seperti itulah sebagia baigan manusia Indonesia seutuhnya. Pribadi yang mumpuni karena memiliki kepribadian religi dan ilmiah,†tutup Ny Ria Budi Sinulingga. (T/R10/d)
Sumber
: Hariansib Edisi Cetak