Jumat, 22 November 2024

Kesehatan Mental 1 dari 3 Remaja di Inggris Buruk

Redaksi - Minggu, 29 November 2020 14:01 WIB
838 view
Kesehatan Mental 1 dari 3 Remaja di Inggris Buruk
Foto: Dok/STTBinaMudaWirawan
Religis - Psikologis: Rosiany Hutagalung bersama Ruth Imelda Bakara, Minarni Eni Kosidin dan Tiobunga Sihotang di STT Bina Muda Wirawan Medan. Antisipasi dan mengobati kesehatan mental dengan pendekatan psikologis didasari religis. 
London (SIB)
Pandemi Covid-19 membuat kehidupan remaja di Inggris ‘berubah’ menjadi tertekan. Muaranya, masa depan jadi tak dapat diprediksi. Wabah virus corona pun membuat kesehatan mental memburuk. Hasil penelitian Unicef mengemukakan fakta, 1 dari 3 remaja di negara beribukota London tersebut buruk.

Independent.co.uk, Jumat (27/11), melaporkan, penelitian Unicef menunjukkan masalah kecemasan berlebihan dirasakan remaja sejak berusia 11 tahun.

Niamh Brook, anggota Unicef- UK Youth Advisory Board, menggambarkan kecemasan seorang remaja yang membuat ingatan yang bersangkutan agak kabur. Ada pula dampak dari kecemasan tersebut menimbulkan perasaan mual yang aneh di perutnya.

Laporan itu menjelaskan, seorang pertambahan usia, kecemasan semakin memburuk. Ada pula individu yang sehari-hari berteriak dan menangis, tanpa benar-benar tahu mengapa merasa terperangkap di dalam kepalanya sendiri. Remaja dimaksud rasanya seperti tenggelam dan tenggelam di tempat gelap yang mengerikan di mana tidak ada yang bisa menjangkaunya.

Sebelum pandemi, remaja-remaja beraktivitas sehari-hari dengan menggunakan kendaraan umum. Tetapi kemudian menjadi eksklusif karena wabah membuat tidak sekolah dan hanya di rumah dengan lingkungan sosial sama hingga mendatangkan kejenuhan.

"Saya sadar bahwa saya adalah salah satu yang beruntung dan banyak anak-anak dan remaja yang berjuang dengan kesehatan mental tidak selalu bisa mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan, terutama selama pandemi. Generasi saya akan membutuhkan dukungan agar kami tidak hanya bertahan dari krisis ini, tetapi juga berkembang melampaui itu," demikian ucapan hati sang remaja seperti dikutip media dimaksud.

Ia menyarankan, siapa pun yang merasakan hal yang sama harus menanamkan keberanian di benak untuk maju dengan langkah yang besar dan penting.

Psikologi - Psikis
Dr Rosiany Hutagalung MTh, pembimbing rohani dan penyuluh pada sejumlah lembaga pemasyarakatan di Sumatera Utara mengatakan, bukan tidak mungkin kondisi di Eropa pun terjadi di Tanah Air dengan jumlah lebih banyak dan kompleks. “Kebiasaan sosial remaja yang langsung ‘diubah’ drastis niscaya memengaruhi psikis. Mengobatinya dengan psikologis dan psikis tapi prioritas religis,” ujarnya di jeda diskusi ilmiah dan bimbingan di STT Bina Muda Wirawan Medan, Jumat (27/11).

Menurutnya, secara psikologis, metologi penyembuhan dengan Cognitive behavioural therapy guna mengubah pemikiran, perilaku, atau emosi terhadap sesuatu. Diimbangi dengan interpersonal therapy yang bisa memengaruhi persepsi terhadap hubungan dengan seseorang. Ada pula dengan psychodynamic therapy dilakukan lewat pembicaraan secara mendalam. “Semua tergantung jiwa remaja dimaksud,” tegasnya.

Ia juga mengatakan ada pula terapi seni dengan mengajak mengekspresikan diri melalui seni. “Remaja suka dengan seni. Apa yang digemarinya, didekat dengannya,” usul Rosiany Hutagalung sambil menunjuk metode psikoedukasi.

Dibarengi dengan upaya tersebut, tambahnya, yang terbaik secara religi karena langsung berhubungan dengan Sang Penguasa. Ia menunjuk 1 Korintus 10:13 di mana Allah setia dan tidak membiarkan umatnya dicobai melampaui kekuatannya dan memberi jalan ke luar. (t/R10/f)

Sumber
: Harian SIB Edisi Cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru