Jakarta (SIB)
Pandemi Covid-19 yang diikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) berbasis Internet menimbulkan persoalan baru yakni kecanduan dengan dunia maya pada remaja. Jumlahnya naik hingga 19,3 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi ketimbang generasi muda di Tiongkok dengan angka 4,3 persen dan Meksiko 10,6 persen.
Angka tersebut diungkapkan Dokter Spesialis Jiwa di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr dr Kristiana Siste SPKj (K) yang meneliti 2.933 remaja di 33 provinsi di Indonesia dalam webinar Kementerian Kesehatan, Rabu (5/8) di Jakarta. Pola kecanduan terakumulasi dari perkembangan psikologi. Ada emosi tak stabil, kesal, sedih tapi di sisi lain pelampiasannya terbatas. Tidak demikian bila anak-anak main bola dengan alam yang lebih luas hingga kreativitas terpacu dengan perkembangan solidaritas.
Menyikapi kenyataan tersebut, Ny Arnold Budiman Hutasoit/Asna Br Lubis mengatakan, peran orangtua atau wali sangat diperlukan untuk perkembangan psikis dan fisik anak yang kecanduan teknologi digital. “Pertama dengan menyeimbangkan pendidikan moral religi dan pembentukan akhlak sesuai iman,†ujarnya di jeda perilisan Aplikasi Online ‘Mudigo’ Asli Orang Medan, Sabtu (8/8) di Kompleks Mudigo Maju Berjaya - CBD Polonia Blok DD 99 Medan.
Ia mengaku ada rasa kesulitan orangtua mendampingi buah hatinya ikut PJJ. “Jika orangtua menyayangi putra-putrinya, buang rasa itu. Kasih sayang orangtua pasti dapat menghapus semua rasa negatif dari dalam diri anak-anaknya. PJJ adalah satu cara memroteksi buah hati wabah virus corona,†tambah Ny Arnold Budiman Hutasoit/Asna Br Lubis.
Menurutnya, #DiRumahAja memang meningkatkan durasi Internet tapi harus diisi dengan hal positif dan produktif. Ia memastikan, kehidupan modern tak terlepas dari Internet tapi harus diarahkan meningkatkan produktivitas positif. “Caranya masuk ke program Internet sehat, diikuti mental health check up dengan pendidikan moral relifi,†tutupnya. (T/R10/f)