Jumat, 22 November 2024

Hardiknas, Rindu Upacara Naikkan Bendera

Redaksi - Minggu, 03 Mei 2020 22:20 WIB
332 view
Hardiknas, Rindu Upacara Naikkan Bendera
Foto: Dok/Kepala SMAN 1 Medan
Rindu Suasana Sekolah:  Annesley Aruan bersama Angela Aruan, rindu suasana sekolah mulai upacara bendera  hingga bersosialisasi saling menyupor sesama siswa. 
Medan (SIB)
Sesuai jadwal, eLearning di Medan diperpanjang hingga 29 Mei 2020. Artinya masa pendemi Covid-19 mengharuskan siswa masih belajar dari rumah, dibimbing guru via daring. Kegiatan di luar ruang, tidak ada. Mulai dari baris-berbaris hingga upacara.
Kondisi itu mengingatkan Annesley Aruan pada sekolah. Sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) SMAN 1 Medan, penyuka musik dan anggota musik Gereja Advent tersebut biasanya berada di lapangan. Apalagi pada peringatan hari besar, seperti Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). “Betapa haru dan bahagia bila berhasil menaikkan sang Dwiwarna di puncak tiang bendera,” kenangnya. “Rindu kebersamaan dengan kawan-kawan!”

Selain aktif di Paskibra, Annesley aktif di Pramuka. Menjadi personel inti Pusat Kerohanian Sekolah serta anggota Tim Musik Gereja Advent serta anggota Paduan Suara Remaja Advent. Kedisiplinan di kepanduan dan baris-berbaris memupuknya memiliki jiwa korsa dan nasionalis dan membuatnya ingin mengabdi sebagai pengayom keamanan dan ketertiban masyarakat. “Semua tertunda dan menunggu virus corona sirna,” ujarnya.

Sejak ikut dalam organisasi intra sekolah, Annesley terlatih disiplin dan terasah kemampuan hingga meraih sejumlah prestasi. Pernah jawara Lomba Pidato Bahasa Inggris dan mewakili daerah ini ke tingkat regional, ikut paduan suara yang membawa Sola Gratia Choir ke festival itnernasional dan nasional.

Yang terasa beda, ketika mengakhiri studi di sekolah tanpa ada prosesi kelulusan sebagaimana biasanya. Meski demikian, Annesley beryukur karena dapat menyelesaikan pendidikan face to face dan diakhiri model daring.

Padahal, seperti diutarakan Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus bahwa belajar daring menjadi tak maksimal jika akses digital tidak sama antara satu pihak dengan lainnya, antara di kota dan di tempat lain. Ketisaksamaan itu pun dipengaruhi kualitas pendidik yang (mungkin) gagap dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh. “Peran orangtua jadi sangat penting.

Beruntung punya orangtua yang sangat memerhatikan kami, putra-putrinya. Orangtua yang melek teknologi. Orangtua yang memupuk kebiasaan putra-putrinya untuk cepat beradaptasi,” tutup cewek milenial yang humble tersebut. (R10/d)


SHARE:
komentar
beritaTerbaru