Medan (SIB)
Milenial menganggap kemajuan teknologi menjadi strata pergaulan dalam sosial kemasyarakatan. Semakin menguasai teknologi semakin merasa menguasai dunia. Bila kondisi itu diikuti iman dan akal sehat, baik. Tetapi, kecenderungan yang ada, dengan semakin menguasai teknologi muncul sistem nilai baru yang menggerus nilai sosial.
Kondisi itu semakin lama semakin menjauh dari norma bahkan moral keindonesian. Era social distancing adalah fase terbaik mengembalikan kehangatan sosial kemasyarakatan milenial yang selama ini tergerus kemajuan teknologi.
Demikian diuraikan Guru Besar Tetap Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia (UPMI) Prof Marihot Manullang di Kampus II Jalan Balai Desa Marindal 2 Amplas Medan, Jumat lalu.
Dewan Pakar Majelis Pemuda Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Sumut itu menegaskan, untuk tetap survive milenial harus menguasai teknologi. Apalagi di era Revolusi Industri 4.0 di mana parameter kemajuan dan kehebatan adalah penguasaan teknologi tapi harus tetap memiliki karakter keindonesiaan yang beranjak dari sistem nilai yang sejalan dengan Pancasila.
“Era #DiRumahAja adalah saat terbaik merangkul milenial. Membimbing dan memberi contoh bahwa individu sebagai subjek, bukan objek dari revolusi industri tersebut. Orangtua atau kaum dewasa harus membangun komunikasi yang humanis dalam kontekstual dengan perubahan zaman," ujarnya.
Ia mengatakan, Pancasila teruji telah memberi tawaran nilai-nilai martabat manusia. Pancasila adalah bagian dari model pendidikan yang membebaskan dan memerdekakan berciri keindonesiaan. “Kemahiran teknologi sangat penting tapi harus memosisikan manusia sebagai makhluk berakal budi hingga yang tidak boleh tergerus apalagi hilang rasa kemanusiaannya. Kekuatan moral Pancasila merubuhkan egoisme pribadi, yang bila terus dipupuk membangun dan menguatkan peradaban manusia,†tegas Marihot Manullang.
Ia memastikan, bila milenial telah memiliki kekuatan humanis dan cemerlang dalam teknologi maka akan terbangun kesempurnaan kehidupan. Muara semuanya menjadikan Indonesia yang bermartabat. “Posisi tersebut akan dengan mudah memosisikan milenial sebagai individu humanis, yang menjadi bagian terdepan memersatukan Indonesia yang terdiri dari rupa-rupa etnis, keyakinan, agama, strata sosial, budaya dan lainnya. Milenial diajak dan dituntun, sebagai bagian membimbing serta membentuk pribadi yang memahami kebhinekaan adalah kekuatan,†harapnya.
Selama ini, menurutnya, karena kesibukan yang tak terelakkan, komunikasi antarmanusia tetap dengan ‘alat bantu’ yakni teknologi. Dengan #DiRumahAja komunikasi orangtua - anak lebih cair. “Kiranya kondisi social distancing dimaksimalkan mengembalikan kehangatan hubungan orangtua dengan milenial,†tutup Marihot Manullang. (R10/f)