Sabtu, 23 November 2024
Cerpen

Cintaku Merdeka

* Karya: Marcellus Hia, Bukit Sinaksak - Pematangsiantar
- Minggu, 20 Agustus 2017 17:51 WIB
569 view
Sudah lama aku memendam rasa penasaranku padamu. Rasa penasaran yang membawaku pada sejuta rasa ingin bertanya. Siapa namamu? Kamu dari mana? Tapi rasa ingin tahuku kusimpan rapi di dalam lipatan terdalam hatiku. Pikirku, masih ada hari esok untuk bertanya padamu.
***

Gadis yang sukses membuatku penasaran tentang dirinya, sedang duduk di bawah pohon damai. Namanya, Nesia, berasal dari pulau Nias. Pulau sejuta tempat wisata. Sekedar bercerita, gadis yang berambut panjang dan lurus itu terkenal bandel, sering terlambat datang ke sekolah, cerewet dan suka melawan. Sepanjang sejarah, Nesia yang berani melawan kakak kelas senior saat MOS di sekolah.

"Lo pikir, gue datang ke sini jadi budak lo, gitu?" ujarnya suatu kali membuat Ketos mati kamus seolah tak berdaya. Memang di sekolahnya terkenal yang namanya senioritas.

"Nes, kamu itu cewek, jangan suka ngelawan.!" Tegur teman-temannya.

"Ohh..jadi, aku harus bilang WOW..,gitu?"

Tapi Nesia itu cantik, baik hati dan pintar. WOW, ternyata masih ada ya cewek yang suka memberi dari pada menerima di zaman sekarang?
***

"Nes, kamu sedang apa di sini?" tanyaku sambil duduk di sampingnya di bawah pohon damai. Aku sendiri tidak tahu mengapa dikasi nama pohon itu pohon damai. Suasan di bawah pohon damai memberi kesejukkan yang luar biasa. Angin sepoi-sepoi tak hentinya mengibarkan bendera Merah Putih di atas tiang di tengah lapangan. Tetaplah engkau selalu benderaku! Kan kukenang kau sampai akhir hidupku!

"Nes, kamu belum menjawab pertanyaanku. Kamu sedang apa di sini?" tanyaku lagi penasaran.

"Kamu juga ngapain di sini," katanya tajam. Aku hanya diam, mati kamus. "Kamu pasti penasaran samaku, kan? Udah deh ngaku aja, biara bendera merah putih itu menjadi saksinya!"

Mulutku tertutup rapat. Di mana dia tahu kalau aku penasaran sama dia ya?

"Kok jadi bengong sih? Ngak bisa bicara ya?"

"Bukan itu loh, Nes. Tapi di mana kamu tau kalau aku penasaran sama kamu?" tanyaku heran. Nesia tersenyum padaku.

"Dari wajahmu yang polos itu loh!" katanya lirih.
***

Seminggu kenal dengan Nesia, ada keceriaan padaku. Hatiku selalu berdebar jika ingatnya, apalagi sampai melihatnya. Gila! Kok berubah jadi seperti ini ya? Aku bersyukur mengenalnya. Yang paling membanggakan, sulitlah di zaman sekarang menemui cewek yang lebih suka memberi daripada menerima.

Cahaya matahari masih saja bersahabat. Bendera merah putih menjadi saksi di tengah lapangan. Ada harapan di sana. Semua mata memandang bendera  itu. Di sana ada tersimpan kenangan dan sejuta sejarah. Merah putih teruslah kauberkibar. Cintaku telah merdeka hari ini. Kau saksinya. Aku, dia, akan berjanji menjagamu sampai akhir hayat kami. Kuingin engkau terus berkibar di atas sana.
***

Sang mentari kembali menyapa pagi ini. Setiap insan bersimpang siur mengerjakan pekerjaan mereka. Sekelompok gadis-gadis kecil bermain-main di jalan.
Mereka senang hari ini. Ternyata cinta mereka telah merdeka juga, bukan hanya aku. Tak ada lagi penyiksaan di negeri ini. Yang ada tinggal cinta abadi yang takkan pernah mati. Cinta itu tetap hidup, meskipun para pejuangnya telah mengakhiri hidupnya tujuh puluh dua tahun yang lalu. Memang tinggal hanya sebuah kenangan, namun cukup memberi arti. Arti untuk saling mencintai dan menerima. Memberi tanpa mengharapkan imbalan. Berbuat tanpa banyak bicara. Itulah negeriku kini.

Di bawah bendera merah putih kudapat cinta ini. Cinta yang berawal dari rasa penasaran, namun akhirnya mengajariku tentang banyak hal di dunia ini. Nesia, kusebut kau Indonesia! Cinta kita telah merdeka hari ini. Terima kasih telah hadir dalam hidupku. Kita bhineka, kita Indonesia. (R10/l)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru