New York (SIB) -Memasuki musim dingin, New York City mendapat "teror" dari tikus-tikus liar. Tanah-tanah Kota Metropolitan ini dipenuhi lubang yang dijadikan tempat persembunyian hewan pengerat itu. Namun, penduduk sekitar punya cara unik dalam memberantas keberadaan mereka: es kering.
Tim pengendali hama dari New York City Health Department bergerak cepat begitu mendengar laporan warga tentang tikus-tikus yang berkeliaran. Pemimpin "misi" itu, Rick Simeone, memulainya dari Sara D. Roosevelt Park di Lower East Side, salah satu distrik tertua di Manhattan.
Mereka menghabiskan lebih dari tiga jam mencari semua lubang di tanah yang totalnya ada 67. Itu artinya, kata Simeone, kemungkinan lebih dari 250 Rattus norvegicus (tikus coklat) hidup di sana. Satu per satu lubang dijejali pelet kecil menyerupai es batu, tetapi sebenarnya benda ini adalah es kering yang dibuat dari pemadatan karbon dioksida. Setelahnya, tim menutup rapat pintu masuk lubang.
Beruntung, suhu udara di New York City sekarang sangat mendukung proses pemuaian gas tersebut, sehingga tikus-tikus sesak napas karena kehabisan oksigen. Cara ini terbukti mujarab untuk memusnahkan binatang itu. "Ini adalah metode yang sangat efektif dilakukan di ruang hijau, taman," kata Simeone, seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (23/6).
"Anda mungkin pernah mendengar orang mengatakan 'tikus memenangkan pertempuran', tapi cara ini telah mengubah opini itu," candanya. Tikus-tikus liar membangun sarang mereka di New York City sejak pertengahan Abad ke-18. Binatang inilah yang diduga menjadi penyebab utama munculnya berbagai penyakit.
Studi yang dilakukan oleh calon lulusan PhD di Columbia University pada tahun 2014, mendapati sekitar dua juta tikus hidup di ibukota negara bagian AS ini, yang memiliki populasi manusia lebih dari 8,5 juta. Tikus-tikus paling sering terlihat berlarian di jalan raya atau di kereta bawah tanah.
Video yang diunggah di YouTube pada tahun 2015 menunjukkan, seekor tikus menggondol potongan pizza di tangga bawah tanah menjadi viral di dunia maya. Hewan yang identik sebagai bahan percobaan ini rata-rata hidup hanya enam atau tujuh bulan, meski demikian betinanya mampu melahirkan sebanyak 100 bayi setiap tahun.
Trik itu sempat ditangguhkan setelah beberapa bulan menunggu persetujuan oleh US Environmental Protection Agency pada Juni 2017. Pada awal tahun ini, setelah beberapa bulan diuji coba, New York secara resmi mengadopsi teknik es kering untuk memberantas tikus, menyusul kemudian Boston, Chicago dan Washington.
Es kering hanya efektif digunakan di ruang terbuka, termasuk taman dan area hijau. Berbeda halnya dengan jalan-jalan beraspal atau daerah pemukiman, di mana ada beton. Selain keampuhannya, es kering tidak berdampak bagi satwa liar lain yang ada di taman umum, tidak seperti rodentisida yang sebelumnya menjadi satu-satunya senjata untuk melawan tikus.
Tapi es kering tidak saja akan menyelesaikan masalah tikus di New York, Simeone memperingatkan. Hal serupa juga ditegaskan oleh Robert Corrigan, presiden RMC Pest Management Consulting -- yang dijuluki 'Rat Czar' karena keahliannya dalam menyingkirkan hewan pengerat. Pada bulan Juli, Walikota New York, Bill de Blasio menyisihkan anggaran pemerintah sebesar 32 juta dolar AS untuk memberantas tikus dan berfokus pada tiga wilayah paling terinfeksi di kota itu. (liputan6/c)