Tri Harianto, seorang pria asal Kabupaten Malang, sukses berbisnis di bidang ilustrasi. Ia sudah menerbitkan empat buku yang laris manis di pasaran.
Sebelum memulai bisnis, Tri sempat bekerja di bidang advertising selama 10 tahun sembari sesekali mengajar guru-guru di beberapa TK. Suatu waktu, ia merasa jenuh dengan pekerjaannya. Tri juga merasa ilmu yang ia punya seharusnya bisa disampaikan ke orang yang lebih banyak. Dari situlah ide untuk membuat buku bergambar anak-anak muncul. "Lewat buku, akan lebih banyak yang mendapatkan inspirasi untuk berkarya," ujar Tri.
Tri mulai melakukan survei ke toko buku. Ia melihat buku menggambar anak-anak yang ada di pasaran kebanyakan dibuat menggunakan komputer. Hal tersebut membuat anak-anak menjadi bingung karena tidak bisa menggambar mirip seperti di buku. Ia melihat hal ini sebagai peluang untuk membuat buku yang berbeda. Gambar yang ada di dalam buku miliknya digambar secara manual. Lengkungan yang dihasilkan pun lebih natural sehingga anak-anak lebih mudah meniru gambarnya.
Selain itu, salah satu keunikan lain buku karya Tri adalah penggunaan ilustrasi buah-buahan untuk menggambarkan angka. Biasanya, buku lain menggunakan ilustrasi bebek atau hewan lain. "Hal ini bisa menimbulkan kreativitas anak," tutur Tri. Untuk pewarnaan, Tri menggunakan oil pastel dan cat poster . Penggunaan material ini disesuaikan oleh sasaran usia.
Ia menawarkan master bukunya ke beberapa penerbit. Awalnya banyak yang menolak, namun akhirnya penerbit Cikal Aksara, salah satu anak Agromedia Group, tertarik untuk menerbitkan bukunya. Buku Tri dicetak sebanyak 10 ribu eksemplar pada terbitan pertama dan dalam tiga bulan terjual habis.
Kini, buku miliknya sudah dicetak ulang sebanyak empat kali. "Responsnya luar biasa, karena buku yang digambar manual seperti ini jarang ada di pasaran. Setelah buku tersebut terbit, saya mendapat tawaran ke beberapa daerah untuk mengajari guru dan menjadi narasumber. Saya bahkan sempat diundang oleh LSM World Vision Indonesia ke NTT untuk mengajar guru-guru TK, SD, dan PAUD di beberapa pelosok,"
Selain menerbitkan buku cetak, Tri juga membuat versi digital bukunya dan dipasarkan di Amazon. Lewat sini, ia menyasar pasar internasional. Sebelum diterbitkan, ia menyewa jasa translator untuk menerjemahkan bukunya ke bahasa Inggris.
Tri juga bekerja sama dengan toko online untuk meminjamkan desainnya dalam mencetak produk. Desain miliknya dicetak pada beragam produk seperti mug, tas, hingga bantal.
Tri mendapatkan 30% bagian dari hasik penjualan buku cetak. Setiap enam bulan, ia mendapatkan Rp10 - 20 juta. Selain itu, ia juga mendapatkan US$800-900 setiap tahunnya dari penjualan buku digital.
Salah satu tantangan Tri dalam berbisnis adalah harga bukunya yang dirasa cukup tinggi, yaitu antara Rp 60 ribu sampai dengan Rp 75 ribu. Harga tersebut sulit untuk masuk ke pasar di daerah-daerah. Namun, saat mengajar ke sekolah-sekolah, Tri sekalian memperkenalkan bukunya. Ternyata, guru-guru di daerah tidak keberatan untuk membeli bukunya setelah mengenal konten buku dengan baik.
Tri menargetkan tiga tahun sekarang ia sudah akan memiliki 20 buku. Karena ia sudah menerbitkan empat, berarti targetnya tinggal 16 buku lagi.
Melalui buku-bukunya, Tri berharap anak-anak bisa bebas untuk berkreativitas. Ia ingin memunculkan seniman berbakat seperti Affandi di kalangan anak-anak. Ke depannya, ia berencana akan membuat galeri online hasil karya anak-anak Indonesia agar dapat dilihat dunia internasional. Tidak hanya galeri, ia juga berharap karya anak-anak tersebut bisa diaplikasikan pada merchandise seperti yang sudah ia jalankan. (swa.co.id/l)