Istilah raja minyak ternyata tak hanya dimiliki orang Arab dan Bang Poltak dari Medan (dalam sinetron Gerhana). Amerika juga punya raja minyak, namanya Harold Hamm.
Ia adalah seorang anak petani yang kini sukses menjadi pengusaha dan mendapat predikat salah satu orang terkaya di Amerika Serikat (AS). Kekayaan Hamm saat ini mencapai US$ 17,2 miliar atau setara dengan Rp 256,28 triliun (kurs Rp 14.900).
Mengutip Forbes, Rabu (12/9), Hamm memang terlahir dari keluarga miskin. Ayahnya hanya petani kapas dan tak bisa menyekolahkan Hamm ke jenjang yang lebih tinggi.
Ia kerap putus sekolah, namun kegigihannya membuat dia mampu memiliki Continental Resources. Pria kelahiran 1946 ini memang memiliki saudara yang banyak yaitu 13 orang.
Sewaktu kecil Hamm harus membantu orang tuanya untuk menjual kapas ke pasar. Tak jarang hasil yang ia dapatkan sangat kecil karena harga kapas selalu turun saat musim panen.
Ia dan keluarganya tinggal di sebuah rumah kayu dengan satu kamar tidur tanpa dilengkapi toilet. Hamm tetap bersyukur dengan keadaan dirinya, bahkan kondisi itu menjadikan ia terpacu untuk menjadi orang sukses.
"Saya berasal dari keluarga miskin, karena itu saya terpacu untuk hidup lebih baik," ujarnya.
Hamm memang miskin saat itu, namun ia tak mau jika ada orang yang menganggapnya bodoh. Bahkan ketika orang tuanya tak sanggup lagi membiayainya, Hamm pergi dari Purcell kota kelahirannya dan ia bekerja di sebuah kota bernama Enid.
Hamm yang masih berusia 16 tahun saat itu bekerja di sebuah pompa bensin. Ia menjadi tukang cuci truk yang kebetulan mampir di pompa tersebut.
Upah yang didapatkan digunakan untuk membiayai sekolahnya di Enid High School. Setelah ia lulus pada 1963 Hamm lagi-lagi tak bisa melanjutkan pendidikan, ke bangku kuliah.
Akhirnya ia bekerja di kilang minyak, masih di kawasan Enid. Saat itu ia bekerja sebagai pembersih tangki minyak milik kontraktor. Keseharian Hamm di kilang minyak menumbuhkan kecintaanya pada dunia perminyakan.
Ia mempelajari soal minyak secara otodidak, diselingi dengan mencari peluang bisnis. Akhirnya Hamm mulai usaha dengan penyewaan truk pengangkut minyak.
Namun ia sadar tak memiliki modal untuk membeli truk. Akhirnya ia bertekad untuk mampu membeli truk paling lambat dalam waktu dua tahun lagi.
Hamm semakin giat bekerja dan mencari uang. Selama dua tahun akhirnya dia mampu membeli truk bermerek Ford. Truk itu ia beli dari gaji hasil bekerja di kilang.
Kemudian ditambah pinjaman US$ 1.000 dari bank saat itu ia masih menggunakan nama sahabatnya Shawn Phillips sebagai jaminan.
Yang kemudian perusahaan penyewaan truknya bernama Hamm-Phillips Service Co. Yang merupakan gabungan kedua nama mereka.
Sambil menjalankan usaha tersebut, Hamm terus mempelajari teknik penambangan. Mulai dari pengeboran, produksi hingga mencari pelanggan. Selain itu ia juga belajar mencari kawasan yang berpotensi menjadi ladang minyak baru.
Hingga akhirnya pada 1960 ia bak mendapat durian runtuh karena menemukan sumber minyak di Woods. Padahal beberapa pengusaha sebelum Hamm tak pernah menemukan ladang tersebut.
Dari sinilah ia memulai semuanya, tiga tahun terakhir Hamm sudah mengantongi gaji sebesar US$ 150.000 saat itu usianya baru 28 tahun. Uang yang ia hasilkan digunakan untuk biaya kuliah dan ia makin serius untuk menyelami dunia pengeboran minyak.
Hamm memang terlambat masuk kuliah. Namun demi cita-cita bisnisnya ia terus melangkah dengan masuk ke jurusan Geologi.
"Saya memang telat kuliah, tapi saya tahu apa yang sedang dan harus saya kerjakan ke depannya," ujar dia.
Ia menjalankan dua kegiatan yakni bekerja dan kuliah. Padahal saat itu Hamm juga sudah memiliki perusahaan penyedia jasa pengeboran minyak.
Pria berusia 72 tahun ini memiliki ladang minyak terbesar di Amerika yang terletak di North Dakota. Ia adalah pengusaha yang memiliki gaya kepemimpinan yang baik untuk mengembangkan perusahaan nya Continental Resources.
Namun perusahaannya ditentang keras habis-habisan oleh aktivis pecinta lingkungan karena Continental Resources dinilai mengeksploitasi besar-besaran sumber daya alam.
"Beberapa orang menyebut perusahaan ini turut mendorong pemanasan iklim dan meracuni bumi. Bahkan ada juga yang menyebut dengan polusi karbon. Padahal semua manusia mengembuskan karbondioksida. Apakah kita berhenti bernapas dengan ini," kata Hamm dikutip dari NBC.
Dalam berbisnis, Hamm adalah orang yang gigih. Ia pernah meminjam uang ke bank atas nama temannya untuk modal usaha.
Bulan lalu, data Departemen Energi AS memproyeksikan AS memiliki cadangan energi baru yang terbesar di dunia. Namun Texas akan tetap menjadi produsen minyak mentah yang terbesar.
Tempat tinggalnya, North Dakota menunjukan pertumbuhan yang sangat cepat. Produksi minyak setiap harinya mengalami peningkatan menjadi 10.000 barel per hari.
Sebagai pebisnis, Hamm melakukan pekerjaannya dengan hati-hati. Dia selalu jeli melihat tempat dan mengenali potensi ladang minyak. (detikFinance/d)