Jakarta (SIB)- Koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyampaikan sikap resemi terkait melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Koalisi yang terdiri dari Gerindra-PAN-PKS-Demokrat itu merasa prihatin dengan kondisi rupiah saat ini.
Penyampaian sikap resmi koalisi Prabowo-Sandiaga digelar di kediaman Prabowo, Jl Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/9). Ada 4 sikap yang disampaikan koalisi Prabowo-Sandiaga.
"Kami amat prihatin dengan melemahnya kurs rupiah yang berkepanjangan, yang tentunya memberatkan perekonomian nasional khususnya rakyat kecil yang cepat atau lambat harus menanggung kenaikan harga-harga kebutuhan pokok termasuk harga kebutuhan makanan sehari-hari rakyat kecil, seperti tahu, tempe," kata Sandiaga.
Kemudian, kata Sandiaga, berdasarkan pembahasan bersama para ekonom dan pimpinan parpol koalisi, melemahnya kurs rupiah ini disebabkan lemahnya fundamental ekonomi Indonesia. Yakni, terjadinya defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.
"Sektor manufakturing yang menurun dan pertumbuhan sektor manufakturing yang di bawah pertumbuhan ekonomi. Sektor manufakturing yang pernah mencapai hampir 30% PDB pada tahun 1997, sekarang tinggal 19% PDB. Hal ini tentu mengganggu ketersediaan lapangan kerja dan ekspor kita," ujarnya.
Selanjutnya, Sandiaga mengatakan, melemahnya fundamental ekonomi Indonesia juga tidak terlepas dari kekeliruan dalam orientasi dan strategi pembangunan ekonomi. Dia menyebut pemerintah gagal mendayagunakan kekuatan ekonomi rakyat.
"Sehingga kebutuhan pangan semakin tergantung pada impor seperti beras, gula, garam, bawang putih dan lain-lain," tutur Sandiaga.
Sandiaga mengatakan, berdasarkan hal itu, koalisi menyarankan kepada pemerintah untuk lebih waspada dan mengambil langkah konkret agar keadaan perekonomian Indonesia khususnya melemahnya nilai tukar rupiah dapat diatasi. Di mana salah satu caranya yakni dengan mendayagunakan ekonomi nasional untuk mengurangi impor.
"Impor pangan dan impor barang konsumsi yang tidak urgent, bersifat pemborosan, dan barang mewah yang ikut mendorong kenaikan harga harga bahan pokok. (Kemudian) Mengurangi secara signifikan pengeluaran pengeluaran APBN dan APBD yang bersifat konsumtif, seremonial, dan yang tidak mendorong penciptaan lapangan kerja," tuturnya.
Pernyataan sikap ini digelar usai Prabowo dan Sandiaga bersama Ketum PAN Zulkifli Hasan, Presiden PKS Sohibul Iman, Mantan Menko Perekonomian sekaligus mantan Gubernur BI Burhanuddin Abdullah menggelar pertemuan selama kurang lebih tiga jam. Dalam pertemuan tersebut, Ketum PD maupun perwakilannya tak dapat hadir.
Tidak Masalah
Sebelumnya, Prabowo tak mempermasalahkan tidak hadirnya SBY.
"Jadi ini masalah tidak (tidak masalah)," kata Prabowo.
Prabowo menyebut SBY tak hadir karena PD juga menggelar rapat. Meski begitu, dia menyebut elite PD tetap hadir dalam pertemuan koalisinya.
"Kebetulan mereka ada rapat juga waktunya tepat dengan kita. Tapi tokoh-tokoh Demokrat selalu hadir dalam pertemuan-pertemuan sebelum ini terutama pertemuan sekjen selalu hadir," imbuhnya.
Prabowo merasa komunikasi SBY dengan pimpinan partai tetap terjalin karena hasil rapat itu disampaikan kepada SBY. "Dan tadi minta bahwa mereka diberi hasil pertemuan ini," katanya.
Selain SBY, politikus senior PAN Amien Rais dan Ketua Majelis Syuro Salim Segaf Aljufri juga berhalangan datang. Meski tak hadir, Prabowo menyebut Amin dan Salim yang meminta adanya pertemuan itu.
"Anda lihat juga Pak Amien Rais ada di Jogja tidak bisa hadir, Ustaz Salim juga, tapi mereka justru yang minta pertemuan ini terjadi dan ini semua sudah selaras dan sesuai dengan permintaan mereka. Jadi saya kira tidak ada hal yang khusus tentang hal itu," ungkapnya.
Rapat itu dihadiri oleh bakal cawapres Sandiaga Uno, Ketum PAN Zulkifli Hasan, dan Presiden PKS Sohibul Iman. (detikcom/d)