Jakarta (SIB)
Banyak mahasiswa internasional dari seluruh dunia datang ke Amerika untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Namun data menunjukkan jumlah pendaftaran terlihat stagnan-bahkan turun- dibandingkan dengan arus mahasiswa internasional ke negara-negara lain.
Laporan tahunan Open Doors (Pintu Terbuka) menunjukkan jumlah pendaftaran mahasiswa internasional di seluruh lembaga pendidikan tinggi di Amerika hanya mencapai 1.095.299 orang di antara jumlah total 19.828.000 mahasiswa. Angka tersebut menunjukkan mahasiswa internasional hanya mencapai 5,5% dari seluruh mahasiswa di Amerika.
Laporan tersebut disusun oleh Institute for International Education dengan Departemen Luar Negeri Amerika. Laporan ini dirilis pada hari tanggal 18 November untuk tahun akademik 2018-2019
Angka-angka itu menunjukkan sedikit peningkatan dalam total pendaftaran mahasiswa internasional, yakni sebesar 0,05% dari tahun sebelumnya. Namun jumlah pendaftaran mahasiswa baru dari luar negeri turun sebesar 0,9%.
China mengirim mahasiswa terbanyak, yaitu 369.548 atau 33,7% dari semua mahasiswa asing. Angka tersebut meningkat 1,7% dari tahun sebelumnya.
India mengirim jumlah mahasiswa terbesar kedua, yakni 202.014 atau 18,4% dari semua mahasiswa internasional, atau meningkat 2,9% dari tahun sebelumnya.
Namun pengiriman mahasiswa dari negara-negara lainnya menunjukkan penurunan: Korea Selatan turun 4,2%, Arab Saudi 16,5%, Kanada 0,8%, Vietnam 0,3%, Taiwan 4,1%, Jepang 3,5%, Brasil 9,8%, Meksiko 1,5%, Nigeria 5,8%, Nepal 0,3% dan Iran 5,0%,
Penurunan juga terjadi pada sejumlah negara lain, seperti Inggris 2,7 %,Turki 3,4%, Kuwait 9,8%, Jerman 8,5%, Prancis 1,0%, Indonesia turun 3,4%, Bangladesh 10%, Kolombia 1,1%, Pakistan 5,6%, Venezuela 7,3%, Malaysia 6,8% dan Spanyol turun 3,0%.
Pertanyaannya adalah apa yang menyebabkan penurunan jumlah mahasiswa internasional yang datang untuk belajar di Amerika.
Lembaga-lembaga perguruan tinggi yang disurvei menunjukkan penurunan itu terkait dengan tingginya biaya kuliah di perguruan tinggi dan universitas Amerika, kesulitan mendapatkan visa, dan ketakutan terkait dengan berita-berita tentang kejahatan di Amerika.
"Kami gembira dengan pertumbuhan berkelanjutan dalam jumlah mahasiswa internasional di Amerika Serikat dan mahasiswa Amerika yang belajar di luar negeri," kata Marie Royce, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Pendidikan dan Kebudayaan.
"Mempromosikan mobilitas mahasiswa internasional tetap menjadi prioritas utama bagi Biro Pendidikan dan Kebudayaan dan kami ingin lebih banyak mahasiswa nantinya melihat Amerika Serikat sebagai tujuan terbaik untuk mendapatkan gelar mereka," kata Royce.
"Pertukaran internasional membuat perguruan tinggi dan universitas kami lebih dinamis bagi semua mahasiswa, dan pendidikan di lembaga perguruan tinggi Amerika dapat memberikan efek transformatif bagi mahasiswa internasional, seperti halnya belajar di luar negeri yang dapat dialami oleh mahasiswa Amerika," tambah Royce.
Program Optional Practical Training (OPT) menunjukkan adanya peningkatan sebesar 9,6%. Ini berarti mahasiswa asing mengambil manfaat dari program OPT, yang memungkinkan mereka untuk tetap tinggal dan bekerja di Amerika selama satu sampai tiga tahun setelah lulus. Lama program OPT tergantung pada bidang studi, dan perusahaan tempat mereka magang. Para lulusan sains, teknologi, teknik, dan matematika diberi visa OPT lebih lama daripada program-program studi lainnya.
Mahasiswa internasional menyumbang AS$41 miliar untuk ekonomi Amerika pada tahun akademik 2018-2019, menurut NAFSA: Association of International Educators (Perhimpunan Pendidik Internasional).
Pada tahun 2017, Departemen Perdagangan Amerika mengatakan mahasiswa internasional menyumbang AS$42 miliar untuk ekonomi Amerika, atau satu miliar dolar lebih besar dari tahun akademik 2018. (VOA/d)