Medan (SIB)
Daerah Kabupaten Karo akan memiliki objek wisata baru berupa bebukitan atau 'gunung kecil' yang disebut Delengkutu, dengan potensi terpadu antara kesan eksotis (mirip mistis), kesan alam geologis dan nuansa agro-foresty yang sangat ideal untuk tujuan wisata rohani (retreat) dan wisata geosains dalam lingkup destinasi Karo Volcano Park (KVP).
Praktisi wisata daerah Karo Drs Sarjani Tarigan MSp dari kalangan pengelola balai budaya dan home stay Wisma 'Tamu Ei' di desa Tigapanah Simpang Regaji, dan pemerhati wisata Karo Jeffri Pinem Sin, secara terpisah menyebutkan, objek wisata Delengkutu juga sangat potensial dijadikan bagian objek wisata KVP karena letaknya dikitari empat gunung, yaitu Gunung Sinabung, Sibayak, Sipisopiso dan Gunung (Deleng) Barus, di antara enam gunung besar yang ada di Karo.
"Potensi besar Delengkutu sebagai objek wisata baru di Karo, telah meyakinkan Pemkab Karo (di masa Bupati Terkelin Brahmana) agar segera dikelola dan dikembang kan dengan dana desa (DD) dan membentuk badan usaha milik desa (BUMDes). Salah satu alasan strategisnya adalah posisi Delengkutu terletak pada lokasi 'segitiga emas' wisata KVP, yaitu Desa Gurusinga di Kecamatan Berastagi, Desa Kaban di Kecamatan Kabanjahe dan desa Linggajulu di Kecamatan Simpangempat," katanya kepada pers di Medan, Jumat (12/3).
Dia mengutarakan hal itu dalam temu sosialisasi standar pelayanan wisata, sehubungan realisasi pondok wisata (home stay) Wisma Tamu Ei yang memperoleh sertifikat CHSE dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 23 November 2020 lalu dengan kategori penilaian memuaskan (satisfactory). CHSE adalah standar mirip Sapta Pesona di masa Menparpostel Soesilo Sudarman yang meliputi kebersihan (Cleanliness), kesehatan (Health), keamanan (Safety) dan keasrian lingkungan (Environment). Sosialisasi itu terkait wacana agar masa berlaku sertifikat CHSE tiga tahun (saat ini hanya berlaku setahun saja).
Perpanjangan masa berlaku sertifikat CHSE itu, ujar Sarjani, untuk mendorong masyarakat membangun pondok-pondok wisata di lokasi wisata alam yang masih asri dan orisinil seperti objek Delengkutu atau di sejumlah lokasi sekitar area bekas erupsi Sinabung yang terbilang zona aman.
"Untuk misi kesehatan dan kebersihan lingkungan dalam program CHSE, kami akan kerja sama dengan tim Gerakan Karo Bersih dari GBKP Barus Sibayak, khususnya sekitar Delengkutu yang merupakan bagian kawasan Gunung Barus. Tahapan awalnya adalah penggalangan wisata rohani atau retreat yang dibarengi edukasi geologi (geosains) untuk mitigasi bencana erupsi yang sering digelar Pdt Masada Sinukaban (Ketua GBKP Klasis Barus Sibayak) dan mengundang ahli geologi Jonathan Tarigan," ujar Sarjani Tarigan mantan Kadisnaker Kabupaten Karo.
Hal senada juga dicetuskan Jeffri Pinem bersama rekannya Amar Arif Purba dari Batam, bahwa objek wisata Delengkutu di desa Gurusinga Kecamatan Berastagi tak kalah menariknya sebagai panorama pusat pandang untuk menatap empat penjiuru kota tanpa alat teropong, yaitu Berastagi plus Gunung Sibayak dan Bukit Gundaling di penjuru utara, Kabanjahe di arah selatan,Gunung Barus di Barusjahe di arah Timur dan panorama Gunung Sinabung di arah barat.
"Pengelolaan objek wisata alam seperti Delengkutu ini akan mendorong publik, baik warga maupun para turis untuk berperan aktif merawat dan melestarikan lingkungan ekowisata dan geowisata Karo. Maka, aktifitas olah raga outdoor atau retreat (wisata rohani) dan edukasi alam, merupakan pilihan paket wisata utama. Wajar kalau potensi ini menggugah staf ahli Menteri BUMN Arya Sinulingga selaku perantaun sukses dan tokoh masyarakat Karo di Jakarta, untuk merekomendasikan Delengkutu menjadi objek wisata andalan baru di Tanahkaro. Kita tentu menunggu janji itu," katanya mengungkappernyataan Arya Sinulingga ketika menghadiri pesta tahunan (Kerja Tahun) Karo di desaGurusinga Kecamatan Berastagi 20 Oktober 2020 lalu. (A05)
Sumber
: Hariansib.com edisi cetak