Ramai diberitakan anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Partai Amanat Nasional (PAN), A Bakri HM, memberi pernyataan bahwa tidak ada hal yang istimewa dari tempat pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), kecuali Pulau Komodo.
Dari pernyataannya, bisa dipastikan yang bersangkutan jarang berwisata ke Nusa Tenggara Timur, karena selain Pulau Komodo ada juga sawah lingko yang selama ini menjadi salah satu magnet kedatangan turis ke sana.
Di Desa Cancar, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, terdapat panorama sawah berbentuk jaring laba-laba yang disebut masyarakat setempat sawah lingko.
Sawah lingko merupakan sistem pembagian sawah secara adat yang bermula dari titik tengah yang disebut dengan lodok. Dari titik tengah itulah ditarik garis panjang menuju bidang terluar yang disebut dengan cicing.
Polanya kecil di bagian dalam dan besar di bagian luar atau mirip jaring laba-laba. Semakin jauh dari titik tengah, semakin luas pula tanah tersebut.
Mengutip Labuan Bajo Tour, yang melakukan pembagian tanah ialah Tu'a Teno atau ketua adat. Pembagiannya tanahnya dilakukan melalui ritual adat Tente atau menancapkan kayu teno di titik episentrum lodok.
Saat darah kambing ditumpahkan di atas kayu teno menandakan pembagian lahan tersebut sudah sah secara adat.
Pembagian tanah diprioritaskan bagi petinggi kampung beserta keluarganya, yang lalu diikuti warga biasa dari warga suku, baru setelahnya dari warga luar suku.
Tu'a Teno dan Tu'a Golo atau tua kampung biasanya mendapat bagian tanah yang lebih besar.
Warga luar bisa memiliki lahan sawah dengan memintanya kepada Tu'a Golo, dengan membawa seekor ayam jantan dan arak dan disahkan melalui sidang dewan kampung yang dipimpin Tu'a Golo yang disahkan oleh Tu'a Teno.
Selain berbentuk jaring laba-laba di tanah datar, terdapat pula beberapa sawah lingko yang dikawinkan dengan konsep terasering mirip di Bali. Karena dulu rakyat NTT diminta "berguru" soal agraria ke Bali.
Walau bukan destinasi wisata, namun sawah lingko masih boleh didatangi turis, terutama yang menggemari fotografi. Turis bisa berkendara dari kota Ruteng sampai Pasar Cancar untuk sampai ke Desa Cancar. Sesampainya di pasar, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Setibanya di Desa Cancar, turis bisanya dipandu oleh warga untuk menuju Puncak Weo. Turis harus menapaki sekitar 250 anak tangga menuju atas bukitnya.
Baru dari puncak bukit belasan pemandangan sawah jaring laba-laba bisa terlihat jelas, terutama saat musim tanam padi, di mana sawah terlihat hijau dan sedikit menguning.
Usai mengunjungi Desa Cancar, turis bisa sekaligus menyambangi Desa Wae Rebo, untuk berkenalan dengan adat istiadat lainnya.
Menatap keunikan dan keindahan sawah lingko sekaligus membuktikan bahwa wisata di Nusa Tenggara Timur bukan hanya Pulau Komodo saja. (CNNI/f)
Sumber
: Hariansib edisi cetak