Senin, 16 Desember 2024

Poda Na Tur: Tataring Panjaean, Talaga Olat-olat, Sibirongi Hudonna Be

Oleh: Sampe Purba
Redaksi - Rabu, 04 Desember 2024 11:26 WIB
158 view
Poda Na Tur: Tataring Panjaean, Talaga Olat-olat, Sibirongi Hudonna Be
Foto Dok/Pribadi
Sampe Purba
Membawa Nilai Tradisional Batak ke Era Digital untuk Generasi Muda
Hai, Generasi Z dan Milenial! Apa kabar? Pernah dengar perumpamaan Batak kuno seperti Tataring Panjaean, Talaga Olat-olat, Sibirongi Hudonna be? Mungkin terdengar jadul, ya? Tapi jangan salah, nilai-nilai di balik tamsil ini sangat relevan untuk kalian yang hidup di era serba digital. Yuk, kita gali maknanya dan lihat bagaimana filosofi ini bisa kalian terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dapur Bersama: Simbol Kebersamaan Tradisional
Dulu, dalam keluarga Batak yang sederhana, ada filosofi menarik soal kehidupan bersama. Ketika keluarga baru belum punya rumah sendiri, mereka tinggal di rumah orang tua. Namun, untuk melatih kemandirian, setiap keluarga tetap memasak di periuk masing-masing walaupun berbagi tungku yang sama. Selain itu, ruang dapur bersama digunakan dengan bijak, agar semua tetap nyaman.

Apa maknanya? Ini tentang menghormati ruang orang lain meskipun kita hidup bersama. Ada rasa tanggung jawab dan empati. Meski sederhana, ini menjadi landasan penting untuk menjaga keharmonisan dalam lingkungan sosial.

Baca Juga:

Dari Tungku ke Dunia Digital
Nah, zaman sekarang, tungku perapian itu bisa dianalogikan sebagai grup WhatsApp (WA). Grup keluarga, teman alumni, rekan kerja, atau komunitas hobi adalah dapur digital tempat kita saling berinteraksi. Bahkan lebih luas lagi, ada Instagram, TikTok, atau LinkedIn, yang menjadi ruang sosial kita sehari-hari.

Tapi di ruang digital ini, tantangannya justru lebih besar. Anggota grup kita sangat beragam: ada yang masih kuliah, baru cari kerja, sudah sukses, atau lagi berjuang dengan masalah hidupnya. Maka, menjaga harmoni seperti di dapur tradisional tadi tetap penting. Jangan sampai komentar atau sikap kita membuat orang lain merasa tidak nyaman.

Baca Juga:

Etika di Era Modern
Pesan dari Tataring Panjaean itu sederhana, tapi kuat: meskipun kita berbagi ruang, tetap harus ada adab dan batasan. Dalam dunia digital, hal ini berarti menghormati opini orang lain, tidak memaksakan sudut pandang, atau merasa paling benar. Tahan diri untuk tidak terlalu reaktif, apalagi meremehkan kontribusi orang lain.

Sikap saling menghargai adalah kunci. Dalam grup WA keluarga, misalnya, hindari debat kusir yang hanya akan memecah suasana. Begitu juga saat memberikan komentar di medsos, pastikan kita berpikir sebelum mengetik, supaya tidak menyakiti perasaan orang lain.Horas.(Penulis pemerhati budaya Batak)

Editor
: Bantors Sihombing
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru