Sang Buddha mengartikan pekerjaan yang menyenangkan dirasakan seseorang ketika dihadapkan pada tugas yang sulit. Untuk dapat meningkatkan kualitas perasaan kita dalam bekerja sangatlah penting bagaimana kita dapat memaknai kerja keras dalam bekerja agar kita dapat berhasil dalam karir pekerjaan. Kita dapat memaknai kerja keras atau usaha yang tekun dalam bekerja dengan menerapkan pemahaman jalan mulia beruas delapan sebagai kebenaran keempat dari Empat Kebenaran Mulia, dan karenanya merupakan salah satu bagian dari ajaran Buddha yang paling sentral.
Delapan Jalan Mulia bukan hanya dapat dijadikan jalan menuju sukses di Jalan Kebangkitan, pencerahan, menjadi Buddha, tetapi juga dapat dipahami dalam bekerja menuju kesuksesan duniawi. Jadi, pada dasarnya apapun tujuan kita, tuntunan Buddha tetap akan membantu dengan kemampuan pemahaman yang baik
Berikut pemaknaan yang berguna dari delapan jalan mulia yang dapat kita gunakan untuk meningkatkan ketekunan kita bekerja. Dalam kaitan ini, kita menggunakan kata "efektif" daripada "benar" yang pada umumnya kita gunakan dalam pemahaman delapan jalan mulia. Kata "benar" pada dasarnya dapat memiliki dua arti - efektif atau benar, pemaknaan secara dangkal "benar" atau "salah", dalam pemahaman ajaran Buddha bukanlah pemikiran yang tepat.
Jalan mulia pertama yang dapat kita pahami dalam bekerja keras secara tidak berurutan adalah pemahaman yang efektif. Pahami bagaimana dunia bekerja. Sehubungan dengan kerja keras dalam bekerja, pahami hukum karma (tindakan dan hasil/ akibat) kerja. Upaya melelahkan yang besar tidak selalu efektif. Usaha yang mantap, kuat, dan berkelanjutan itu efektif, dan hal tersebut yang lebih tepat dapat kita disebut ketekunan.
Berikutnya adalah pikiran atau maksud yang efektif. Kita bisa sukses dalam segala hal melalui kerja keras. Kita bisa berhasil bahkan dalam kejahatan dan membuat kehancuran. Namun, jika kita ingin melakukan kerja keras dengan cara yang Buddha dorong, kita akan memilih niat, tujuan, dan metode yang damai, tidak berbahaya, dan penuh kasih. Kita dapat mengetahui ketekunan kita tepat jika saat kita bekerja, kita bebas dari amarah, dan setelah selesai, semua orang yang terlibat menjadi lebih baik.
Kemudian, jalan mulia ketiga adalah komunikasi yang efektif. Komunikasi secara jujur. Fokus pada kualitas kerja yang baik. Pikirkan dan rencanakan secara efektif untuk mencapai tujuan kita. Jika kita harus mengeluh, lakukan dengan cara yang sehat, untuk meluapkan kemarahan, menghilangkan rasa frustrasi, dan kembali ke pekerjaan yang kuat dengan pikiran yang bahagia.
Jalan mulia berikutnya adalah tindakan efektif. Tindakan kita yang efektif harus menjadi bagian dari kerja keras kita, bagian dari kehidupan kita yang lebih umum, atau bagian dari fokus kita pada kesadaran melalui pikiran meditatif - menjadi penuh kasih, baik hati, bebas dari kemarahan, dan dibimbing oleh kebijaksanaan daripada oleh ketidaktahuan dan delusi.
Jalan mulia kelima adalah mata pencaharian yang efektif. Sebelum kita sibuk melakukan kerja keras, dan juga saat kita melakukannya, mari kita pastikan hal tersebut adalah kerja keras yang baik, yaitu bermanfaat bagi semua dan memastikan mencari nafkah bermanfaat bagi semua yang terlibat dan tidak berbahaya bagi siapa pun.
Dalam konteks jalan beruas delapan, ini mengacu pada daya upaya yang efektif dalam dua jalan utama berikutnya, perhatian yang efektif dan konsentrasi yang efektif. Ini mengacu pada daya upaya yang kuat dan rajin setiap saat tanpa hal yang tidak baik yang ditimbulkan. Ini bermakna bahwa kita harus memberi nutrisi diri kita sendiri sehingga kita dapat bekerja tanpa merusak tubuh atau pikiran, dengan usaha yang sangat kuat dan, pada saat yang sama, tanpa ketegangan. Hal ini dapat kita terapkan tidak hanya dengan aktivitas meditasi namun juga dalam bentuk berada di zona pikiran Zen, dan juga berada dalam kondisi mengalir.
Berikutnya adalah perhatian yang efektif. Pastikan kita penuh perhatian, yaitu, dengan perhatian penuh kasih, terhadap nafas, tubuh, emosi, dan pikiran sepanjang hari. Bahkan saat kita melakukan kerja keras, jaga agar tubuh tetap rileks dan berenergi. Bernafaslah dengan lancar dan biarkan tubuh menemukan ritme pernafasannya sendiri dan cara mengelola aliran energi untuk mencegah penumpukan ketegangan, dan melepaskan apa yang menumpuk. Periksa sesering mungkin untuk memenuhi kebutuhan kita. Ketika kita haus, kita minum; saat kita lapar, kita makan; saat kita kesepian, kita mendapat pelukan; ketika kita frustrasi, kita mengeluh, mengatasinya, dan kembali bekerja; ketika kita melihat masalah atau memiliki ide yang menarik, kita menghadapinya secara langsung.
Jalan mulia ke delapan adalah konsentrasi efektif dalam kondisi meditatif. Terapkanlah konsentrasi dengan berpikiran tunggal dan kesadaran penuh yang terfokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan. Namun kesadaran yang dibentuk bukan yang membuat stress sehingga mampu untuk kemajuan yang stabil dan juga wawasan yang kreatif.
Ada satu ajaran tambahan terkait kerja keras yang sangat penting yakni dalam tujuh faktor dalam pencerahan Bojjhangasamyutta. Sutta ini menjadi panduan langkah demi langkah untuk proses meditasi menuju pencerahan, yang membawa lenyapnya penderitaan dan dapat menjadi panduan untuk kerja keras yang baik menuju kesuksesan. Berikut tujuh langkahnya Perhatian (sati), Penyelidikan mendalam tentang kebenaran/Dhamma (dhammavicaya), Semangat (viriya), Pekerjaan yang menyenangkan (piti), Usaha dalam Ketenangan (passaddhi), Konsentrasi (samadhi) dan Keseimbangan Bathin (upekkha)
Yang perlu kita perhatikan kualitas dengan kerja keras yang sehat adalah semangat , kerja yang menyenangkan, dan daya upaya yang tenang. Pekerjaan yang menyenangkan lebih menunjukkan kualitas yang dirasakan seseorang ketika dihadapkan pada tugas yang sulit. Dengan demikian yang perlu dipahami dalam ketekunan bekerja adalah menjaga diri baik-baik, fokus pada pekerjaan yang ada, pertahankan tujuan yang ada di hadapan kita, dan lakukan kerja keras dengan senang dan damai dalam menciptakan kesuksesan diri. (a)