Medan
(harianSIB.com)
Pdt Kriman Saragih STh 'back to nature' saat menghibur tetamunya di ibadah dan syukuran pernikahannya dengan Yanti br Batubara SE di Medan, Jumat (13/3). Aktivis, organisatoris dan senioren
GAMKI itu membawakan "Dongan Matua" dengan penuh penghayatan.
Bila memerhatikan penampilannya (didampingi sang istri) saat membawakan lagu ciptaan Robert Marbun itu mengingatkan pada pertunjukan artis profesional. Suaranya merdua dengan penghayatan tinggi. Hal itu pernah dilakoninya di era 2000-an tatkala industri hiburan di sejumlah kota utama di Indonesia sedang subur.
Baca Juga:
Lagu yang dipopulerkan Ementa Voice tersebut liriknya bercerita tentang rasa cinta yang sangat dalam pada seseorang. "Saya ingin... kami berdua menjadi 'dongan matua'," ujar Sekretaris Sinode Gereja Pentakosta Sumatera Utara (GPSU) /Pinksterkerk (GPSU/P) itu setelah membawakan lagu dimaksud.
Yang meminta Pdt Kriman Saragih naik podium adalah para tokoh. Mulai dari Ketua Sinode Pdt Sariaty br Manurung, para gembala seperti Pdt Jan Frasman Saragih STh, Pdt Erwin Hasudungan Butarbutar MTh MPdK, Pdt Pastijaya Halawa MPdK serta pengurus BKAG Medan.
Baca Juga:
Sebelum berdendang, tidak sedikit orang memrediksi Pdt Krisman Saragih akan membawakan lagu religi, karena ia sudah menigngalkan dunia sekuler dansang istri pun aktivis di GBI Rumah Persembahan - Sumut. Tetapi itulah... lagu yang dialunkan sesuai dengan hasrat dan isi hatinya. "Lagu 'Dongan Matua' kan sebagai doa dari kami. Jadi religi juga," ujarnya.
Sebagaimana diwartakan, Pdt Krisman Saragih menyunting Yanti br Batubara SE sebagai pendampingnya. Perkenalan keduanya di lingkungan gereja karena keduanya adalah pekerja di ladang-Nya.
Bertindak sebagai pemberkat adalah Pdt Daniel Edy Prajitno yang dalam tuntunannya menekankan bahwa membangun rumah tangga tak hanya menyatukan dua hati tapi banyak individu menjadi satu alam kekudusan. Mulai dari keluarga terdekat hingga keluarga besar kedua mempelai. "Yang paling utama adalah menyatukan Tuhan dalam dua hati yang kini menyatu. Selanjutnya adalah pelaksanaan cinta-Nya pada pribadi dan kelaurga," tegas Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) Sumatera Utara itu.
Di ibadah yang dipenuhi kalangan religus lintas agama, berlanjut ke resepsi yang dipenuhi para tokoh organisasi. Mulai organisasi kader seperti
GAMKI, Horas Bangso Batak, AMPI, IPK hingga organisasi kemasyarakat etnik dan politik sekaliber Boydo Panjaitan SH MKn, tokoh pers dan aktivis literasi digital St Drs Abel Sirait MPdK sampai aktivis perempuan Risma Nadeak yang hadir bersama para agamawan yang berhimpun dalam Perkumpulan Gerakan Pentakosta Indonesia (PGPI) Pembaharuan.
lagu yang dibawakan itu menyatupadukan tokoh lintas organisasi. "Haleluya... puji Tuhan. Amen," tutup Pdt Krisman Saragih yang masih menjalani prosesi adat sehari penuh. (**)