Medan (harianSIB.com)
Ketua STT HKBP
Pdt Dr Sukanto Limbong mengatakan,
gereja menghormati bagian-bagian dari
budaya tanpa mengabaikan sikap kritis terhadap
budaya, di mana
budaya seharusnya ditempatkan, apa bagian dari
budaya yang dapat diadaptasi oleh
gereja.
Hal tersebut disampaikan Pdt Sukanto Limbong pada "Seminar tentang Adat dan Budaya ditinjau dari Perspektif Gereja", di Gereja HKBP Tanjung Sari Jalan Setia Budi, Medan Selayang, Sabtu (28/9/2024).
Baca Juga:
Menurutnya, sejak
gereja perdana hubungan
adat(
budaya) dengan kekristenan selalu langgeng. Allah memberi kemampuan bagi manusia untuk mengembangkan diri dan kehidupannya termasuk melalui
adatbudayanya.
Dikatakan, sejarah
gereja, inkarnasi Allah menjadi manusia (Yoh 1 : 14) yang hadir dalam diri Yesus Kristus, lahir ke dalam
budaya tertentu. Allah dapat dikenal dan ditemui dalam
budaya lokal di dunia dan nilai elemen suatu
budaya dapat dijadikan kenderaan injil melanjutkan sejarah perjalanan dunia.
Baca Juga:
"Ketegangan
adat dan
budaya adalah ketegangan yang tiada habisnya. Mengakui keberadaannya dan mulai melakukan sesuatu yang kreatif dan positif bukan sebagai solusi menyeluruh, tetapi realistis," jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan, sejak abad 20 WCC LWF memberikan perhatian yang begitu besar terhadap upaya bersaksi tentang Kristus di tengah konteks
budaya. Gereja dan
adatbudaya ada dalam perjalanan bersama (harmoni)menciptakan strategi menghadapi masa depan.
Sementara Dr Dra
Ria Manurung MSi, dalam makalahnya "Interaksi Budaya dan Agama" menyebutkan, konsep
budaya dalam masyarakat sesungguhnya turun jadi pola tingkah laku yang terikat kepada kelompok-kelompok tertentu, yaitu menjadi
adat istiadat (customs) atau
cara kehidupan (way of life) manusia.
Katanya,
budaya adalah sistem-sistem dari pola-pola tingkah laku individual yang diturunkan secara sosial di dalam kehidupan masyarakat dan bekerja menghubungkan komunitas manusia dengan lingkungan ekologi mereka.
Di sisi lain, lanjutnya, perubahan
budaya dalam masyarakat sesungguhnya adalah suatu proses adaptasi dan maksudnya sama dengan seleksi alam. Budaya sesungguhnya proses dari refleksi pemikiran dari manusia yang bertindak dan berinteraksi dengan manusia lainnya.
"Ke
budayaan yang mudah diterima adalah ke
budayaan berkaitan dengan alat-alat baru yang mudah dipakai dan bermanfaat bagi masyarakat. Ke
budayaan yang sulit diterima di dalam masyarakat adalah ke
budayaan menyangkut sistem kepercayaan, idiologi, falsafah hidup dan
agama," tegas Ria yang juga Dosen Program Studi Sosiologi FISIP USU.(*)