Medan (harianSIB.com)
Ketua Komisi D
DPRD Sumut Benny Hariyanto Sihotang menegaskan, perlunya diperkuat penegakan hukum terhadap
ujaran kebencian dan
pencemaran nama baik, tanpa mengurangi
kebebasan berekpresi, untuk menghentikan tradisi caci maki dan menjelek-jelekkan
pemimpin bangsa.
"Untuk menghentikan tradisi caci maki terhadap pemimpin, dapat diambil beberapa langkah strategis, yakni dengan memperkuat penegakan hukum serta membangun dialog yang terbuka dan
inklusif, antara
pemerintah dan rakyat," ujar
Benny Hariyanto Sihotang kepada wartawan, Rabu (28/9/2024) di
DPRD Sumut.
Selain itu, katanya, meningkatkan
edukasi dan
literasi politik ber
etika ber
komunikasi dan pentingnya kritik yang konstruktif, bukan cara caci maki, sebab caci maki ini identik dengan permusuhan, sehingga perlu diganti dengan kritik yang tentunya tidak akan melahirkan alergi bagi
pemimpin bangsa.
"Memang di sini,
pemimpin bangsa dan para pejabat tinggi lainnya juga harus menunjukkan
komunikasi yang beradab dan menghindari penggunaan bahasa yang provokatif atau merendahkan, yang dapat memperburuk suasana sekaligus menunjukkan kinerja yang memihak kepada rakyat," tandas politisi Partai Gerindra ini.
Yang tidak kalah pentingnya, tegas anggota dewan Dapil Medan ini, perlunya
pemerintah mengajak media massa untuk berperan dalam membangun opini publik yang positif dan konstruktif, serta menghindari penyebaran informasi yang tendensius atau memicu kebencian.
"Mari menggalakkan kampanye anti-bullying dan anti caci maki, dengan melibatkan tokoh masyarakat, selebriti, dan influencer serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, agar rakyat tidak merasa
pemerintah tidak berlaku jujur dan adil, agar tidak cenderung mencaci maki," katanya.
Diakui Benny, munculnya caci maki terhadap pemimpin, k
etika rakyat merasa tidak puas terhadap hasil kinerjanya, sehingga melampiaskannya dengan mencaci maki serta menjelek-jelekkannya disertai dengan rasa kebencian. Padahal, ada cara yang lebih ber
etika dan elegan, yakni dengan cara mengkritik kebijakan pemimpin itu sendiri.
"Namun kita selaku kader Partai Gerindra, tetap menjalankan instruksi Ketua Umum DPP Partai Gerindra Pak Prabowo Subianto, bahwa setiap kader itu harus tetap santun dan mengedepankan
etika terhadap siapapun dan selalu turun ke bawah bersosialisasi dengan rakyat," tandasnya.
Penegasan itu disampaikan
Benny Hariyanto Sihotang menanggapi pernyataan Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Presiden terpilih, Prabowo Subianto yang mengaku sedih adanya tradisi menjelekkan pemimpin.
"Jadi saya ini sedih kalau kita punya tradisi selalu menjelek-jelekkan pemimpin, caci maki, cari kesalahan. Saya bukan apa-apa, bagaimana pun prestasi
pemerintahan yang dipimpin oleh Pak Jokowi ini mengagumkan banyak negara," kata Prabowo dalam pidatonya di Kongres III NasDem, di JCC, Jakarta Pusat, seperti dilansir Harian SIB, Rabu (28/8/2024).(*).
Editor
: Bantors Sihombing