Minggu, 20 April 2025

Musala Al-Ikhlas di Pasar 12 Percut Sei Tuan Dirubuhkan Preman Suruhan Mafia Tanah

Roy Surya D Damanik - Sabtu, 03 Agustus 2024 19:31 WIB
790 view
Musala Al-Ikhlas di Pasar 12 Percut Sei Tuan Dirubuhkan Preman Suruhan Mafia Tanah
Foto: Dok/Warga
RATA DENGAN TANAH: Musala Al-Ikhlas, di Jalan Perjuangan Pasar 12 Tembung, Desa Bandar Klippa Gang Yaohu, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deliserdang, rata dengan tanah usai dirubuhkan secara paksa diduga oleh preman suruhan mafia tanah, Jumat (2/8/2024).
Deliserdang (harianSIB.com)
Musala Al-Ikhlas yang berlokasi di Jalan Perjuangan Pasar 12 Tembung, Desa Bandar Klippa Gang Yaohu, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deliserdang, dirubuhkan secara paksa diduga oleh preman suruhan mafia tanah, Jumat (2/8/2024) pagi hingga sore.

Sejumlah warga yang diwawancarai Jurnalis SIB News Network (SNN), di lokasi kejadian, Sabtu (3/8/2024) siang, mengungkapkan, sebelum musala dirubuhkan, Jumat sekira pukul 09.00 WIB, warga yang bermukim di lokasi sedang melaksanakan kegiatannya masing-masing di sekitar rumahnya dan di luar tempatnya tinggal.

Tiba-tiba datang puluhan pria diduga preman suruhan mafia tanah ke areal musala dengan membawa beberapa alat. Selanjutnya para preman itu perlahan-lahan membongkar musala. Sejumlah warga berusaha menghalangi, namun mereka justru mendapat ancaman hingga menjadi ketakutan.

Baca Juga:

Sekira pukul 16.00 WIB, pembongkaran selesai dan musala sudah rata dengan tanah. Setelah itu para preman meninggalkan lokasi dan rencananya kembali ke lokasi untuk membongkar bangunan milik warga.

Salah seorangtokoh agamaUstadzM Bahruji Janas,saat diwawancarai di lokasi mengaku kecewa dengan perbuatan para preman yang menindas masyarakat kecil serta secara terang-terangan membongkar musala yang dijadikan tempat untuk salat bagi masyarakat beragama Islam.

Baca Juga:

"Jumat siang saya didatangi masyarakat ke rumah guna memberitahukan ada sejumlah orang dengan sepihak mengklaim kalau musala yang sudah berdiri selama 14 tahun dan di atas tanah seluas satu setengah hektar itu milik dia pribadi. Juga membuat kesepakatan sendiri tanpa bermusyawarah dengan masyarakat setempat. Padahal yang mengklaim bukan warga setempat hingga terjadi pembongkaran musala," ungkapnya.



Setelah mendengar laporan masyarakat, lanjutUstadzM Bahruji Janas, dia dan masyarakat langsung ke lokasi dan berusaha menghentikan pembongkaran bangunan musala. Namun masyarakat dihadang para preman hingga sempat terjadi kericuhan.

"Para preman itu menenteng berbagai jenis senjata tajam sehingga masyarakat mundur dan hanya bisa meratapi musala dibongkar hingga rata dengan tanah. Ada sekitar 70 kepala keluarga (KK) yang tinggal di atas lahan satu setengah hektar itu dan mereka salat di musala. Namun sebagian bangunan rumah masyarakat sudah dirubuhkan para preman," terangnya.

Ustadz yang juga Pemangku Adat Badan Perjuangan Rakyat Penunggu Indonesia (BPRPI) menambahkan, masyarakat sudah tinggal di lahan garapan itu sejak 2010 dan 2011. Bangunan masyarakat dirubuhkan lantaran para mafia tanah kabarnya akan membangun perumahan elit.

"Sebelumnya tidak ada sosialisasi dengan masyarakat tentang pembongkaran musala dan bangunan rumah milik warga. Terkait ganti rugi yang dilakukan yakni dengan cara terlebih dahulu meneror dan menakut-nakuti masyarakat, sehingga ganti rugi dengan harga sangat murah," bebernya.

M Bahruji menyampaikan jika rumahnya juga dibangun di lahan garapan itu. Selain tempat tinggal, juga dijadikan tempat mazlis wirid, mazlis zikir dan tempat belajar Al Al-Qur'an.

"Kabarnya rumah saya akan dibongkar preman suruhan mafia tanah itu. Namun saya bersama para jamaah dan masyarakat lainnya akan mempertahankannya, dibantu ormas Islam," katanya.(**)

Editor
: Donna Hutagalung
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru