Selasa, 11 Maret 2025
Terkait Riuh Parkir Berlangganan di Medan

Ketua DPRD Diingatkan Tidak Sekadar 'Menembak' Eksekutif Melalui Media

Duga Munte - Jumat, 19 Juli 2024 21:22 WIB
474 view
Ketua DPRD Diingatkan Tidak Sekadar 'Menembak' Eksekutif Melalui Media
Foto: SNN/Dok
Sohibul Ansor Siregar
Medan (harianSIB.com)
Terkait makin riuhnya pembicaraan tentang kebijakan pemberlakuan parkir berlangganan di Kota Medan, Ketua DPRD Medan Hasyim diingatkan untuk tidak hanya sekadar men-shoot ("menembak") pihak eksekutif melalui media.

"Tetapi panggillah untuk berkonsultasi," sebut pengamat kebijakan publik, Sohibul Ansor Siregar, ketika dihubungi Jurnalis SIB News Network (SNN) melalui WhatsApp (WA), di Medan, Jumat (19/7/2024).

Dikatakannya, dari penyataan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan, Iswar Lubis kepada media baru-baru ini, diketahui pelaksanaan kebijakan parkir perlangganan di Kota Medan masih terbentur dengan beberapa kesimpangsiuran. Karena itu, wajar jika di sana-sini terjadi resistensi.

Baca Juga:

Ketua DPRD Medan sendiri, Hasyim, menurut berita Harian SIB menyatakan penolakannya disebut telah menyetujui, karena faktanya kebijakan memberlakukan parkir berlangganan itu sepihak atau belum dibicarakan sebagai keputusan bersama (eksekutif dan legislatif) dengan pewadahan Peraturan Daerah (Perda).

Menurut Sohibul yang akademisi itu, mungkin faktor keterburu-buruan menjadi masalah utama. Harusnya kajian mendalam mampu menghitung semua faktor kendala dan lazimnya hal itu baru diketahui jika sosialisasi dan bahkan simulasi dilakukan dengan sempurna.

Baca Juga:

Pada segi lain, lanjutnya, pemerintah mestinya paham setiap perubahan kebijakan pasti berdampak pada kehidupan masyarakat.

"Sebagai sebuah entitas, masyarakat tidak sama dalam pengetahuan dan orientasi. Karena itu tak mengherankan jika akan selalu ada yang melihat kebijakan ini merugikan, baik kepada dirinya maupun kepada pemerintah. Sebaliknya akan ada yang berpendapat sebaliknya.

"Di sinilah pemerintahan demokratis sangat menghargai makna dan manfaat konsultasi publik. Namun di Indonesia banyak elit yang merasa kekuasaannya otomatis bermakna ke-smart-an (smart-cerdas). Padahal kekuasaan tidak identik dengan keahlian," sebut Sohibul. (**)

Editor
: Donna Hutagalung
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru