Medan (SIB)
Mantan Deputi Pemberdayaan Pemuda Kementerian Olahraga Sakhyan Asmara pesimis dengan kesuksesan
PON di Sumut tahun 2024. Dia melihat dengan kondisi sport center yang sedang dibangun akan selesai apa adanya. Pembangunan masih berlangsung padahal pelaksanaan
PON tinggal 3 bulan lagi yakni 9 September 2024.
Pada tahun 2021, Papua menjadi tuan rumah
PON ke 20, disitulah diumumkan bahwa
PON ke 21 tahun 2024 diselenggarakan secara bersama Sumut dan Aceh.
Namun, kata mantan Kadispora Sumut di era Gubernur HT Rizal Nurdin (alm) ini, selain pembangunan venue-venue olahraga, semarak
PON Sumut-Aceh juga kurang terasa. Warga Sumut tidak merasa "Demam
PON", yang mengetahui hanya pengurus olahraga, Pemprov Sumut atau kalangan tertentu. Hal ini sangat mengherankan, apalagi umbul-umbul perhelatan
PON semestinya sudah ramai terpasang khususnya di Kota Medan dan Deliserdang tempat cabang-cabang olahraga dipertandingkan.
Baca Juga:
"Tidak cuma venue olahraga, logistik dan infrastruktur setiap cabang olahraga (Cabor) harus sudah ada, seperti pencatatan skor, pencetak penjadwalan harus dirancang secara digital dan elektronik. Itu harus disiapkan semua cabor, apalagi mempersiapkannya butuh waktu lama. Idealnya jauh sebelumnya sudah dipersiapkan dan sudah diuji coba di venue olahraga," kata Sakhyan Asmara kepada wartawan, Minggu (2/6).
Menurut mantan Kadis Pendidikan Sumut ini, dengan segala kekurangan sarana dan prasarananya, semua pihak harus kerja keras sampai di hari pelaksanaan perhelatan empat tahunan ini. SDM pendukung kegiatan harus sudah direkrut dan dilatih, seperti pencatat di scoringboard, petugas pembawa baki medali dan petugas lapangan lainnya di tiap-tiap cabor yang dipertandingkan di Sumut.
Baca Juga:
Untuk publiksi juga, kata Sakhyan, harus gencar, setiap saat harus ada konferensi pers dari panitia bagaimana perkembangan atau kesiapan panitia dan venue-venue yang dibangun progresnya sudah bagaimana. Karena
PON ini adalah perhelatan akbar, event olahraga terbesar di tanah air sehingga tahapan demi tahapan diketahui masyarakat.
"Kita contohkan ketika pandemi Covid 19, setiap hari gugus tugas yang dibentuk pemerintah memberi laporan perkembangannya, berapa yang tertular bertambah, berapa meninggal, berapa yang sembuh, setiap hari laporan itu sampai ke masyarakat di seluruh tanah air. Semestinya perkembangan seperti itulah dilakukan panitia. Ajak media mempublikasikan setiap hari," tegasnya.
Namun, apapun itu kondisinya, Sakhyan Asmara mengajak seluruh masyarakat Sumut mendukung pelaksanaan
PON ke 21 yang salah satunya Sumut menjadi tuan rumah. Karena Sumut jadi tuan rumah, maka masyarakat harus ikut menggelorakannya dan mendukung atlet-atlet Sumut yang akan bertanding. "Mari kita gelorakan semangat
PON, kita doakan perhelatan akbar ini sukses diselenggarakan dan Sumut meraih banyak medali," harapnya.
Hal senada juga dikatakan pemerhati olahraga yang juga mantan Ketua Umum Pengprov Pertina Sumut Romein Manalu ST MAP. Menurut dia, sport center
PON di Sumut seharusnya sudah selesai. Lapangan tersebut semestinya sudah diuji coba atlet tuan rumah guna menyesuaikan diri dengan venue yang baru dibangun. Karena jika menjelang pelaksanaan
PON gedung olahraganya selesai maka atlet Sumut dan propinsi lain sama-sama menyesuaikan diri dengan lapangan.
"Seharusnya kita sudah bisa uji coba lapangan, tapi progresnya baru sekitar 40-50 persen. Kita sebagai tuan rumah seperti pendatang di daerah sendiri, karena venue digunakan saat
PON," ungkapnya.
Romein melihat, pihak penyelenggara lokal Sumut seperti tidak bersemangat mempersiapkan
PON ini. Seharusnya gema
PON sudah menggaung ke seluruh daerah dan dimana-mana masyarakat Sumut sudah membicarakan
PON. Padahal untuk menjadi tuan rumah
PON butuh perjuangan berat, melakukan lobi-lobi di tingkat nasional, Karena tuan rumah
PON daerahnya akan mendapatkan pemasukan daerah yang sangat besar dari penyelenggaraannya.
"Misalnya, semua hotel pasti dipakai untuk atlet dan official. Belum lagi kuliner dan UMKM, aksesoris
PON sebagai cenderamata dalam berbagai bentuk akan laris terjual, ekonomi kerakyatan pasti meningkat tajam. Tapi kenyataannya persiapan
PON yang akbar ini gaungnya biasa-biasa saja, seolah-olah ini beban berat sampai-sampai pelaksanaannya seperti keterpaksaan," kata Romein.
Kebijakan anggaran juga kata Romein sangat lambat, Sumut menargetkan 5 besar tapi sebagai tuan rumah anggaran cabor hanya naik sedikit. Padahal kalau propinsi lain jadi tuan rumah, anggaran besar dicurahkan untuk atlet. Pertina pernah menawarkan agar pemprov Sumut memberi bonus Rp 1 miliar per atlet yang diberikan sejak TC (training centre).
"Jika Sumut ingin meraih 100 medali emas, siapkan saja Rp 100 miliar dalam bentuk dana pembinaan selama TC (training centre). Jika tidak berhasil meraih emas, bonus tersebut dikembalikan 75 persen, anggap saja yang 25 persen biaya pembiayaan yang hangus terpakai. Jika ini disetujui Pemprov, saya yakin Sumut bisa juara umum," ungkapnya optimis.
Skala prioritas cabor semestinya diperhatikan Koni Sumut, cabang yang banyak meraih medali harus prioritas dan banyak diberi anggaran. Seperti cabang olahraga perorangan seperti tinju, karate, taekwondo, pencaksilat, wushu, judo, tenis meja, tenis lapangan dan bulutangkis. Karena cabor ini mempertandingkan banyak kelas putra dan putri dan medali diperebutkan juga banyak.
Tapi Romein melihat cabor olahraga perseorangan disamakan dengan cabor beregu yang menghasilkan satu medali dan dengan cabor yang tidak berpotensi meraih medali. "Misalnya tinju, memperebutkan 22 medali emas, jika 7 saja kita rebut, perolehan medali Sumut sudah banyak, seharusnya cabor ini yang mendapat perhatian serius. Daripada cabor menyediakan cuma 1 medali," tuturnya. (**)