Kamis, 13 Februari 2025

Warga Minta Proyek Pembangunan JDU di Kwala Bekala-Simalingkar B Dihentikan Sementara

Redaksi - Minggu, 22 Oktober 2023 16:50 WIB
176 view
Warga Minta Proyek Pembangunan JDU di Kwala Bekala-Simalingkar B Dihentikan Sementara
Foto: Ist/harianSIB.com
Proyek Pembangunan Jaringan Distribusi Utama (JDU) yang membuat jalanan  berdebu saat siang dan becek serta licin saat
Medan (SIB)
Setelah 5 hari pertemuan yang diadakan di Kantor Lurah Simalingkar B terkait proyek Pembangunan Jaringan Distribusi Utama (JDU) yang menyepakati beberapa poin penting, ternyata jalanan tetap berdebu saat siang dan becek serta licin saat hujan turun. Bahkan sampai saat ini banyak warga yang mengeluhkan jalan ke rumah mereka sulit dilalui karena bekas galian yang tanahnya lunak.
Hal itu memicu ketidak nyamanan bagi masyarakat, sehingga sejumlah warga sepakat agar proyek pembangunan itu untuk sementara dihentikan.
Saat bertemu wartawan, Jumat (20/10), sejumlah warga di antaranya I Sihotang, Pian Tarigan dan Sinaga menyebut mereka sudah gerah dengan kelakuan pemborong proyek yang bernilai Rp 10 miliar lebih itu.
“Pemborong sepertinya tidak peduli dengan keluhan warga. Buktinya sampai saat ini bekas lubang yang digali, tidak ditutup dengan sempurna,” ujar mereka.
Disebutkan warga, lubang bekas galian itu hanya ditutup tanah yang berakibat jalan ke rumah warga menjadi lembek dan tidak bisa dilalui. Bahkan, bekas lubang itu menjadi “jebakan betmen” bagi mereka. Tidak jarang anak mereka tidak jadi berangkat sekolah akibat sepatunya terbenam ke tanah yang lunak itu.
Padahal itu bisa tidak terjadi kalau pihak pemborong menutupnya dengan sempurna seperti memperbanyak campuran pasir dan batu (Sirtu) ke penutup galian sehingga tidak lembek. Namun anehnya, pihak pemborong sepertinya tidak peduli dengan hal itu dan meneruskan pekerjaannya tanpa mempedulikan bekas galian yang sudah dilaluinya.
Selalu saja ada alasan pihak pemborong, lubang bekas galian itu belum bisa diratakan karena setiap hari hujan dan tanah masih lembek. Padahal, menurut warga, perataan bekas galian bisa belakangan. Namun yang terpenting, bekas lubang galian dikeraskan sehingga aman dilalui.
Belum lagi jalanan yang licin saat terjadi hujan. Licinnya jalan karena banyak tanah bekas galian mengenai badan jalan.
“Kalau dibersihkan setelah penggalian, kan tidak licin,” ujar Sihotang lagi sembari mengatakan itu merupakan salah satu bukti ketidakpedulian pemborong kepada masyarakat. Sudah banyak warga yang menjadi korban akibat tergelincir di jalanan itu.
“Kita minta Dinas PUPR Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menghentikan sementara proyek sampai ada perbaikan bekas galian itu. Jangan sampai masyarakat turun ke jalan beramai-ramai menghentikan proyek itu,” ujar mereka.
Apalagi kemarin saat sosialisasi di Kantor Lurah Simalingkar B, sebutnya, perwakilan Dinas PUPR Sumut, pihak pemborong dan konsultan proyek, sudah menyepakati kalau pengerjaan mereka meninggalkan masalah, warga boleh menghentikan pekerjaan yang sedang mereka lakukan.
“Sekarang, bagaimana dengan janji itu. Apakah warga harus turun ke jalan atau Dinas PUPR sebagai pengawas yang menghentikan sementara pekerjaan pemborong sampai mereka menuntaskan pekerjaan yang ditinggalkan?” ujar mereka seraya menyebutkan, janji pemborong jalan masuk ke rumah warga akan dikeraskan paling lama 3 hari, menyiram jalanan agar debu tidak beterbangan dan meperbaiki infrastruktur yang sudah mereka rusak. (**)


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru