Medan (SIB)
Direktur Paritas Institute Jakarta Pdt Penrad Siagian STh MSi Teol mengatakan, pemuda gereja dipanggil untuk terlibat membangun bangsa melalui pendidikan politik pelayanan, sehingga politik tidak perlu dijauhi secara rohani, tapi sebagai panggilan iman untuk berkiprah di ruang politik pelayanan.
Hal itu dikatakan Pdt Penrad Siagian yang tampil sebagai narasumber tunggal pada seminar "Pendidikan Politik Bagi Pemuda Gereja" yang diselenggarakan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGID) Kota Medan, Sabtu (2/9) di Hotel Griya Jalan Amir Hamzah Medan.
"Dalam dunia politik umat Kristen juga terpanggil secara teologis dan iman untuk terlibat dan berkontribusi untuk menghadirkan kerajaan Allah dan damai sejahtera di bumi seperti di sorga. Jadi panggilan iman bagi pemuda Kristen untuk berkiprah di ruang politik merupakan panggilan pelayanan," katanya.
Penrad Siagian yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) ini menjelaskan, sejarah bangsa juga mencatat banyak kontribusi umat Kristen dan pemuda gereja sejak awal sejarah pergerakan hingga berdirinya bangsa ini.
Namun lambat laun berdasarkan riset yang pernah dilakukan Paritas Institute, tambahnya, keterlibatan kader-kader gereja dalam dinamika berbangsa dan bernegara semakin berkurang.
"Tentu bukan tanpa penyebab terjadinya kenyataan tersebut. Paling tidak, ada dua hal yakni pertama sebagai akibat dari praktik-praktik politik yang tampil di ruang publik memperlihatkan secara vulgar tanpa moralitas," jelasnya.
Praktik politik mulai dari proses Pemilu hingga pengelolaan kekuasaan sering menjadi alat kepentingan pribadi dan kelompok saja. Hal ini terlihat dari maraknya praktik politik uang, masih tingginya korupsi hingga berbagai kebijakan negara yang tidak prorakyat.
Kedua, di kalangan umat Kristen ada pemahaman teologis yang salah dengan mendikotomi dunia ini, yaitu dunia sakral dan dunia profan, dunia rohani dan sekuler. Semua hal yang profan, yang sekuler atau duniawi itu dosa, jahat dan kotor. Politik dianggap bagian dari dunia sekuler, bersifat duniawi sehingga gereja dan umat Kristen harus menjauhinya secara rohani.
"Pandangan ini harus diluruskan, bahwa dunia ini hanya ada satu realitas yakni realitas ilahi, sebab setiap ruang kehidupan harus dipertanggungjawabkan kepada Allah," katanya.
Dalam sesi tanya jawab, terlihat antusiasme pemuda gereja yang berasal dari berbagai denominasi ini, sehingga muncul salah satu komitmen akan membentuk Komisi Pemuda PGID Kota Medan yang diharapkan menjadi sarana kaderisasi bagi pemuda gereja di wilayah Kota Medan.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Seminar Pdt Bahara Sihombing STh MSi yang juga Preases HKI Medan menjelaskan, seminar yang dihadiri pemuda gereja dari 23 denominasi gereja ini adalah salah satu wujud dari tugas dan tanggung jawab PGID Kota Medan untuk membangun kecerdasan politik bagi generasi muda Kristen.
Apalagi menjelang Pemilu 2024, generasi muda Kristen harus cerdas dalam memakai haknya, tetap berlandaskan iman Kristen sehingga kontribusi pemuda gereja menjadi pemilih yang bertanggung jawab untuk terlibat dalam pembangunan bangsa.
Acara seminar ini diawali ibadah yang dipimpin DS Pdt Benget Rumahorbo MTh (Pimpinan Daerah GMI Medan) dan dibuka Ketua Umum PGID Kota Medan Pdt Erwin Tambunan MTh.
Menurut Erwin Tambunan, gereja dan pemuda gereja dalam praktiknya semakin menjauhkan diri dari dunia politik, seolah ada kecenderungan politik itu dipandang kotor sehingga pemuda gereja termasuk gereja alergi terhadap dunia politik.
"Padahal, sangat dibutuhkan kehadiran kader-kader gereja agar hadir di dunia politik, sehingga nilai-nilai Kristen juga mewarnai proses politik dan pada akhirnya kebijakan-kebijakan yang ada juga mencerminkan nilai-nilai kekristenan tentang kasih dan keadilan," katanya. (A4/d)