Medan (SIB)
Tidak adanya tanah wakaf untuk pekuburan umat Kristen dan kurangnya air bersih menjadi keluhan warga Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.
“Warga sudah pernah buat swadaya sendiri untuk lokasi pekuburan Kristen, namun dikhawatirkan hanya mampu menampung hingga akhir tahun ini,†ujar warga Zainal Manurung dalam reses anggota DPRD Medan Janses Simbolon yang digelar Minggu-Senin (30-31/8) di Jalan Jaring Udang 1 Lingkungan 28 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan dan Jalan PLTU Sicanang Lingkungan 2 Kelurahan Pulau Sicanang Kecamatan Medan Belawan yang dihadiri lebih 500 warga.
Disebutkannya, lebih 20 tahun belum ada pengadaan tanah wakaf Kristen di Medan Labuhan, padahal warga sangat membutuhkannya. Untuk itu warga meminta agar pemerintah memberikan lahan kuburan agar bisa dipergunakan warga. “Selama ini, kami gotong royong mengadakan lahan itu,†ujarnya.
Sementara itu Warga Lingkungan 28 Mara Silaban meminta agar pemerintah memperbaiki infrastruktur, karena saat ini air sudah mengalir di jalan akibat lebih tinggi parit. Selain itu, diharapkannya ada lapangan kerja bagi warga yang menganggur.
Halomoan Silaban, warga Jaring Udang 1 mengeluhkan tidak berfungsinya klep penahan air laut sehingga kalau pasang laut, air masuk ke lingkungan warga sehingga terjadi banjir. Warga lainnya, Mansur Silaban dan Romasta Situmorang meminta agar lingkungan mereka dibuatkan sumur bor, karena warga saat ini kesulitan mendapatkan air bersih.
l Br Situmeang, mengusulkan ada jaminan kesehatan pada dirinya yang kurang mampu. Dirinya sudah 2 kali mendatangi Dinas Sosial namun tidak pernah ditanggapi. Desi Br Panjaitan mempertanyakan kenapa BPJS Kesehatan yang mandiri, harganya naik sehingga menyulitkan warga.
Menanggapi itu, Janses Simbolon menyebutkan, bantuan untuk lansia akan dikoordinasikan dengan Dinsos. Sedangkan kartu pra kerja merupakan urusan pemerintah pusat, namun pihaknya akan mempertanyakannya juga ke Dinsos.
Untuk pembuatan sumur bor bagi warga, politisi Hanura itu akan mengupayakan pembuatannya dengan swadaya sendiri. “Silahkan tukangnya datang bersama warga ke rumah, agar dirancang bagaimana pembuatannya. Kita akan buat dengan swadaya,†ujarnya yang disambut tepuk tangan warga.
Terkait pengadaan tanah wakaf untuk pekuburan Kristen di Medan Labuhan, Simbolon menyatakan hal itu sudah berulangkali diusulkan. Pihaknya juga sudah mencari lokasi baru, ada 1 Ha tanah yang bisa dibeli. Namun harganya belum sepakat, masih dinegosiasi, ujarnya. Kalau ada lahan yang dilihat bisa dipergunakan, bisa diusulkan ke dinas terkait.
Sementara itu, perwakilan Dinas PU, Parlindungan dalam kesempatan itu menyatakan, sudah berkali-kali mengusulkan adanya program rehabilitasi klep agar warga tidak kebanjiran. Namun karena hal itu merupakan wewenang Balai Wilayah Sungai Nasional, maka pihaknya hanya menunggu.
Terkait banjir akibat parit lebih tinggi, perlu pemikiran untuk meninggikan jalan. Dikhawatirkan akan mengakibatkan banjir. Lebih baik parit yang ada, rutin dibersihkan, ujarnya.
Sementara itu, di Jalan PLTU Sicanang, beberapa warga mengeluhkan data penerima bantuan yang sering tidak tepat sasaran. Salah seorang warga, Kristina Simanjuntak mempertanyakan bantuan Covid-19 yang tidak merata sampai ke warga yang terdampak.
Warga Sicanang, l Simbolon mengatakan sejak suaminya diberhentikan dari pekerjaan, BPJS sudah tidak ada dari perusahaan.
Untuk itu, diharapkannya pemerintah membantunya dengan BPJS PBI. Selamat Aritonang, warga Lingkungan 2 Sicanang mengeluhkan ada jalan yang ditutup orang tidak bertanggung-jawab di lingkungannya, namun tidak ada tindakan dari aparat kelurahan dan camat. Begitu juga penyemenan gang yang selama ini didambakan, tidak jadi, padahal gang lain sudah disemen, ujarnya. Begitu juga pekerjaan drainase masih gantung. Terkait air bersih, pipanya belum sampai ke rumah warga.
Remince br Situmorang warga Lingkungan 2 yang mengaku sudah menjanda 16 tahun dan bekerja sebagai pencari botot, memiliki rumah yang sudah reot. Namun, sudah beberapa kali ada program bedah rumah, tetap saja miliknya tidak masuk program. Hal yang sama juga dikeluhkan Justina br Siburian. Sudah 3 kali program bedah rumah, namun rumahnya yang sudah buruk, tetap tidak mendapat perbaikan.
Sementara itu warga lainnya, Megawati mengaku adiknya sempat menjadi OTG Covid-19 dan sempat viral di medsos. Petugas kesehatan, kepling, aparat kelurahan dan lainnya sibuk bolak-balik ke rumahnya saat itu. Namun setelah dinyatakan sembuh dan pulang ke rumah, pihak kelurahan seperti tidak mau tahu.
Hal itu membuat keluarganya drop. Seharusnya, setelah pulang, pihak kelurahan juga datang untuk memberi semangat kepada warganya, ujarnya.
Menanggapi itu, Janses menyebutkan, dirinya berharap pandemi Covid-19 segera berlalu sehingga kehidupan warga kembali nornal. Lapangan pekerjaan saat ini memang sulit akibat pandemi, ujarnya.
Untuk perbaikan drainase masih terkendala Covid-19, dimana anggarannya dialihkan untuk penanganan pandemi. Untuk jalan yang ditutup orang tidak bertanggungjawab, diharapkan dicek pihak kelurahan dan kepling, agar warga merasa nyaman. Untuk sambungan air bersih yang belum sampai ke rumah warga, akan dibantu pengurusannya, ujarnya.
Di akhir acara, Anggota Komisi II itu membagikan souvenir reses ditambah bantuan beras yang pengadaanya dari dana pribadi untuk membantu warga di masa pandemi Covid-19 ini. (M13/d)