Medan (SIB)-Seratusan umat Hindu Kota Medan dan sekitarnya melaksanakan prosesi Hari Raya Nyepi (Upacara Melasti/Mekiyis) di Pantai Pondok Permai kawasan Pantaicermin, Serdangbedagai (Sergai), Minggu (3/3).
Pelaksanaan prosesi tersebut dihadiri Ketua Suka Duka Dirgayusa Medan, Dr I Wayan Dirgayasa Tangkas MHum, Kasat Reskrim Polrestabes Medan AKBP Putu Yudha Prawira, Pembimas Hindu Kementerian Agama Provinsi Sumut, Antonikuil Sembiring SAg MSi, pengurus PHDI Provinsi Sumut, Kota Medan, Deliserdang, Sergai, WHDI Sumut, ICHI Sumut dan seluruh umat Hindu Kota Medan sekitarnya.
Ketua Suka Duka Dirgayusa Medan dalam sambutannya mengatakan, tahun ini umat yang hadir lebih besar dari yang diperkirakan dan "Ini merupakan kemajuan besar yang patut diperhatikan dan dipertimbangkan, sehingga dapat menguatkan Sradha kita terhadap ajaran Hindu ini. Melasti adalah upacara pensucian diri untuk menyambut Hari Raya Nyepi oleh seluruh umat Hindu di Indonesia.
Upacara Melasti digelar untuk menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan. Upacara Melasti dilaksanakan di pinggir pantai dengan tujuan mensucikan diri dari segala perbuatan buruk pada masa lalu dan membuangnya ke laut. Dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti danau, dan laut dianggap sebagai air kehidupan (tirta amerta)," ujarnya.
Dr I Wayan menambahkan, selain melakukan persembahyangan, upacara Melasti juga adalah pembersihan dan penyucian benda sakral milik pura (pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya). Para pemangku berkeliling dan memercikkan air suci kepada seluruh warga yang datang serta perangkat-perangkat peribadatan dan menebarkan asap dupa sebagai wujud pensucian.
"Pelaksanaan upacara Melasti dilengkapi berbagai sesajian sebagai simbol Trimurti, 3 dewa dalam Agama Hindu, yaitu Wisnu, Siwa, dan Brahma, serta Jumpana, singgasana Dewa Brahma. Upacara ini dilaksanakan agar Umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan Hari Raya Nyepi," terangnya.
Melasti sambungnya, berasal dari kata Mala=kotoran/leteh, dan Asti=membuang/memusnahkan. Jadi Melasti artinya membuang dan menghilangkan segala bentuk kotoran untuk bisa kembali ke kesucian. Melasti dilaksanakan tiga atau dua hari sebelum Hari Raya Nyepi, umat Hindu melakukan penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis.
"Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di pura termasuk pratima dan pralingga diarak ke danau, laut atau pantai. Kita semua mengetahui bahwa laut merupakan sumber air yang terbesar, dimana seluruh sungai bermuara ke laut, dan dari laut pula asalnya air yang memberikan hidup di bumi ini. Air laut adalah simbol dari penghancur serta penghilang semua kotoran yang ada," ungkapnya.
Lanjut dia, melalui ritual mekiyis bisa membersihkan diri lahir bathin, melebur semua bentuk kotoran yang ada baik di dalam maupun di luar diri manusia dan mendapatkan tirtha amerta. Pelaksanaan Melasti tidak mutlak harus di laut. "Bila di daerah-daerah tertentu yang jauh dari pantai, diperbolehkan Melasti di sumber-sumber mata air yang bersih seperti danau atau pegunungan. Ini juga tidak bertentangan mengingat mata air yang ada di danau maupun pegunungan sesungguhnya berasal dari uap air laut yang telah menjadi hujan," katanya.
Sementara itu Ketua PHDI Sumut Siwaji Raja ST yang diwakili Mathariswan SPd H selaku sekretaris mengatakan, PHDI akan terus mensuport materi dan non materi segala kegiatan keagamaan yang dilakukan umat Hindu Sumut khususnya warga pura (Bali). Jika dibutuhkan mengingat umat Hindu di Sumut terdiri dari berbagai etnis yang memiliki ciri khas ritual keagamaan masing-masing, dan ini merupakan kekayaan non materi yang tak ternilai harganya dan sangat perlu untuk dilestarikan.
"Melasti adalah tahap awal dari perayaan Nyepi 1941 Saka yang dilanjutkan Pangrupukan (sedekah bumi) pada 6 Maret 2019 di Pura masing-masing. Dan sebagai puncaknya melaksanakan Catur Brata Nyepi pada 7 Maret 2019 dan Dharma Santi," pungkasnya. (A16/Rel/f)