Medan (SIB)- Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) yang diakibatkan oleh nyamuk aedes aegypti di Kota Medan mencapai 788 kasus. Berdasarkan data yang masuk ke Dinas Kesehatan Medan terhitung mulai Januari-Juli 2018 sebanyak 656 kasus.
Kemudian untuk Agustus hingga awal September tercatat ada 132 kasus DBD. Namun, bulan Oktober dan November diperkirakan kasus DBD naik, karena faktor cuaca dan iklim.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Medan dr Mutia mengatakan angka kesakitan tersebut merupakan kasus yang dilaporkan ke Dinkes Medan. "Dan bisa saja bukan warga Medan semua, atau daerah-daerah perbatasan Medan," katanya, Senin (26/11).
Menurutnya, angka penyakit DBD masih di range yang wajar, meski memang ada peningkatan kasus di Oktober, November dan diprediksi sampai Januari 2019. "Peningkatan kasus akibat faktor cuaca dan iklim, namun kita tetap harus mewaspadai supaya jangan sampai terjadi wabah," tuturnya.
Maka dianjurkannya untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumah, sekolah dan tempat umum, di mana sering tempat berkembangnya jentik nyamuk. "Daerah endemis DBD itu Helvetia, Sunggal, Johor, Selayang, Amplas, Simalingkar dan Belawan," ungkapnya.
Dia mengharapkan, warga gotongroyong untuk pemberantasan jentik. "Kalau sekolah ya siswanya gotong-royong. Biasanya Jumat bersih itu melibatkan lintas sektoral. Sedangkan Puskesmas punya jadwal rutin untuk PSN kerja sama dengan kepling dan lurah," tambahnya.
Dia juga meminta masyarakat melakukan gerakan 3M, yakni menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan mengubur barang bekas. Gerakan ini dinilai perlu digencarkan untuk memberantas penyakit demam berdarah.
"Sebenarnya untuk memberantas nyamuk demam berdarah itu dari rumah sendiri. Jadi kebersihan perlu dijaga di rumah masing-masing, dari air yang tertampung. Selain itu juga dengan memberantas sarang nyamuk lewat kegiatan gotong royong membersihkan dari rumah-rumah, bersihkan parit-parit, air-air yang tergenang," sarannya. (A17/q)