Medan (SIB)- Politisi Senior Partai Golkar, Ir Leo Nababan menilai, penunjukan Plt Ketua Umum tidak akan memberikan perubahan signifikan. Menurut dia, Munaslub adalah langkah terakhir sebagai upaya penyelamatan Partai Golkar. "Saya berharap Munaslub ini terlaksana dengan baik dan pengurus diisi oleh wajah-wajah baru," kata mantan Wakil Sekjen DPP P Golkar era Ketua Umum Abu Rizal Bakrie ini kepada wartawan, Jumat (1/12) lewat seluler.
Menurut dia, Golkar adalah partai besar, tapi besarnya partai berlambang pohon beringin ini jangan seperti raksasa dinosaurus, meski besar tapi akhirnya punah dan tinggal kenangan. Golkar diharapkannya harus berubah jika tidak ingin punah. Sebab kejadian demi kejadian yang dialami partai ini dengan Ketua Umumnya Setya Novanto selama sebulan terakhir, bisa berdampak besar bagi pemilih.
"Partai ini bisa punah lho, bila mengelolanya seperti milik sendiri atau perusahaan. Seperti lumbung padi, tikusnya yang kita buang, bukan lumbungnya yang kita bakar. Empat tahun lalu saya pernah melontarkan statemen bahwa Golkar ini akan jadi dinosaurus, pernah lahir, besar, berkuasa dan akan punah," ungkapnya.
Menurutnya, pola organisasi di Golkar saat ini tidaklah sesuai aturan. Anak Jalan Pendidikan Medan Denai ini heran dengan penunjukkan Sekjen sebagai Plt Ketua Umum yang dianggapnya tidak lazim dalam sebuah organisasi. Hanya perombakan pengurus melalui Munaslublah menurut Leo yang bisa menyelamatkan partai beringin ini dari keterpurukan. Sebab, Golkar punya 14,3% suara rakyat Indonesia buah Pemilu 2014 lalu yang harus dijaga.
"Berikan yang terbaik kepada kader yang punya intregitas dan tidak pernah disebut namanya di KPK, di Kejaksaan atau di Kepolisian. Jadi kalau organisasi dikelola seperti mengelola milik pribadi ya seperti ini. Tentu ada yang disembuyikkan. Ini ada yang tidak normal di tubuh organisasi organisasi," tandasnya.
Leo mengingatkan hal penting yang harus segera dilakukan yaitu Munaslub dan merombak semua kepengurusan sebelum mulai bekerja. Hal itu untuk menjaga elektablitas Golkar jelang Pilkada serentak 2018 serta pilpres 2019. "Jawaban satu-satunya hanya Munaslub. yang masih merasa terkait hukum dan membebani Golkar tahu dirilah," kata Leo.
Menurutnya, Munaslub Partai Golkar yang akan digelar pada pertengahan Desember 2017 harus menjawab dan menyelesaikan kerusakan di Partai Golkar akibat status tersangka Ketua Umum Setya Novanto. Bagi dia, tidak ada hubungannya antara praperadilan dengan pelaksanaan Munaslub, karena praperadilan urusan pribadi Novanto bukan persoalan organisasi partai besar ini.
Pria kelahiran Bamban Serdang Bedagai ini berharap, Munaslub harus juga mengganti pengurus yang dianggap bermasalah. Kepengurusan baru nanti harus diisi oleh tokoh yang bersih dan memiliki sejarah pengkaderan serta tidak pernah bermasalah dengan hukum khususnya napi. "Agar Golkar selamat kedepannya, yang masih merasa terkait hukum dan membebani Golkar tahu dirilah, nggak usah ikut-ikut lagi, dan pengurus baru yang akan datang harus siap cuci piring-piring kotor," tegasnya.
Leo pun berharap pengganti Novanto harus sosok yang tidak pernah terindikasi masalah hukum dan harus sesuai fatsun Partai Golkar yakni Prestasi, Dedikasi dan loyalitas, serta Tidak tercela (PDLT). "Berdasarkan PDLT itu, saya mendukung Airlangga Hartarto. Sejak awal sebelum Munas Bali saya sudah dukung Airlangga. Dia memiliki kinerja, integritas dan karakter yang sudah teruji. Partai Golkar sangat memerlukan sosok muda yang bersih. Selain itu Airlangga juga tidak pernah jadi saksi di KPK, polisi dan kejaksaan," terang Leo. (A10/l)