Rabu, 25 Desember 2024

Ratusan Ha Areal Pertanian di Karo Terendam Banjir

Theopilus Sinulaki - Selasa, 24 Desember 2024 19:48 WIB
184 view
Ratusan Ha Areal Pertanian di Karo Terendam Banjir
Foto: SNN/Theopilus Sinulaki
Areal pertanian Lau Rambong Desa Perbulan, Kecamatan Lau Baleng, terendam banjir seperti danau. Foto diambil, Selasa (24/12/2024).
Karo (harianSIB.com)
Ratusan hektare (Ha) tanaman padi di Kecamatan Lau Baleng dan Mardingding, Kabupaten Karo, terendam banjir akibat curah hujan cukup tinggi sejak Sabtu (21/12/2025) sampai Selasa (23/12/2024).

Akibat intensitas curah hujan tinggi, mengakibatkan beberapa sungai meluap di Kecamatan Lau Baleng, yakni sungai Lau Diher Desa Lau Baleng dan Sungai Martelu di Desa Martelu. Sungai tersebut bermuara ke saluran irigasi Lau Rambong Desa Perbulan, Mbal-mbal Petarum, Rambah Tampu dan Batu Rongkam sampai ke Payalahlah.

Informasi yang diperoleh Jurnalis SIB News Network (SNN) dari salah seorang petani di areal persawahan di Lau Rambong Desa Perbulan, Kecamatan Lau Baleng, Davit Nainggolan, luas tanaman padi yang terendam banjir diperkirakan mencapai 30 hektare.

Baca Juga:

Menurutnya, umur tanaman padi yang terendam banjir 15- 30 hari setelah tanam. Apabila kondisi air tidak surut dalam beberapa hari ke depan, tanaman padi akan terserang hama keong mas.

"Keong mas akan merusak tanaman padi dengan cara memakannya dan menyebabkan bibit hilang di pertanaman. Pada umumnya keong mas memakan tanaman muda yang baru ditanam," ungkap Davit.

Baca Juga:

Secara terpisah, Ketua Gapoktan Mbuah Page Desa Lau Solu, Kecamatan Mardingding, Ramlan Sembiring, yang dikonfirmasi SNN, Selasa (24/12/2024), membenarkan, areal persawahan Paya Lahlah yang meliputi Desa Lau Solu, Desa Lau Mulgap dan Desa Tanjung Pamah, Kecamatan Mardingding, terendam banjir sejak sepekan terakhir.

"Diperkirakan luas areal terparah dampak banjir meliputi areal di sepanjang irigasi Parit Sitepu dari Desa Lau Solu hingga Desa Lau Mulgap, mencapai 250 hektar, dengan umur tanaman padi rata-rata 2-3 minggu dengan sistem tanam benih lengsung (tabela)," ujarnya.

Menurutnya, pada areal yang terdampak tersebut, luapan air sering terjadi setiap kali hujan turun, sehingga petani ada yang sudah dua sampai tiga kali tanam benih dengan sistem tabela.

Pasalnya, setiap air meluap dan menggenangi tanaman padi mereka, hingga terserang hama keong mas. Akibatnya tanaman padi rusak.

"Kejadian seperti ini sudah berulang kali terjadi, bahkan sudah dilaporkan ke Dinas Pertanian Kabupaten Karo dan Balai Wilayah Sungai (BWS II) Medan. Pada intinya, normalisasi irigasi sampai hilir perlu segera dilakukan. Kalau tidak, banjir Paya Lahlah tetap tidak terkendali dan petani akan mengalami kerugian besar," pungkasnya. (*)

Editor
: Donna Hutagalung
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru