Bupati Karo Cory Sebayang Imbau Petani Wortel Gunakan Bibit Produksi Sendiri

Karo (SIB)

Bupati Karo, Cory Sriwaty Sebayang melakukan peninjauan ke ladang wortel petani yang menggunakan bibit dari luar Kabupaten Karo di Desa Rumah, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sabtu (20/4).

Dia didampingi Kadis Pertanian Kabupaten Karo Ir. Metehsa Purba dan Kadis Kominfo Karo, Frands Leonardo Surabakti, S.STP saat meninjau langsung ke ladang milik Musa Purba, petani wortel yang menggunakan bibit dari luar Kabupaten Karo. Adapun alasan Musa Purba menggunakan bibit dari luar Kabupaten Karo karena sulitnya menemukan bibit lokal pada saat ia ingin menanam wortel.

Bupati Karo mengimbau petani wortel untuk membuat bibit sendiri, agar tidak mengalami kerugian. “Petani harus memilih bibit yang jelas asal-usulnya. Jangan tergiur harga yang lebih murah dan jangan terpengaruh dengan kelangkaan bibit lokal sehingga petani wortel bisa mendapat keuntungan yang lebih besar,” ujarnya.

Dalam peninjauan bupati itu juga ada dialog dan tanya jawab petani dan Kadis Pertanian Karo, Metehsa Purba seputar bibit wortel Karo. Metehsa Purba menjelaskan, varietas wortel di Karo adalah Varietas Gundaling yang sudah didaftar dan dilepas sebagai varietas unggul nasional oleh Kementerian Pertanian melalui Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PVTPP).

Ia merincikan ciri -ciri khas dan keuggulan wortel varietas Gundaling. yakni berwarna oranye yang khas. Bentuk umbi mulai pangkal sampai ujung hampir sama diameternya dan ujungnya tumpul. Artinya hampir semua bagian wortel dapat dikonsumsi. Keunikan ini sangat langka di Indonesia dan hanya bisa dijumpai di beberapa varietas impor dari China. Di samping itu, tulang wortel sangat lembut dan tidak berurat sehingga dapat langsung dimakan. Jenis wortel lain kalau sudah besar mungkin harus diolah menjadi jus.

Metehsa menambahkan permasalahan petani saat ini, karena begitu diminatinya wortel Karo dari banyak daerah dan luas tanam yang meningkat pesat. Sementara ketersediaan benih wortel di tingkat petani sangat kurang. Situasi ini dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk mengadakan benih wortel dari daerah lain.

Benih dari daerah lain itu dinyatakan atau diklaim oleh penjual sebagai benih lokal, tapi setelah ditanam hasilnya tidak sama dengan wortel yang biasa ditanam petani. Bentuk umbinya pun panjang dan runcing di ujungnya sehingga tidak sesuai lagi dengan permintaan pasar.

Metehsa Purba mengharapkan kepada para petani wortel di Karo untuk membeli benih yang bersertifikat atau memproduksi benih sendiri sehingga asal-usulnya dapat ditelusuri dan dipertanggungjawabkan.

“Pemkab Karo melalui Dinas Pertanian terus berupaya membina kelompok tani untuk menjadi produsen benih wortel. Saat ini yang eksis memproduksi benih wortel bersertifikat adalah Kelompok Tani Kharima Horti dan UD. Takasima yang berada di Desa Lingga Kecamatan Simpangempat. Selain itu, UPT Benih Induk Hortikultura (BIH) Kuta Gadung sebagai UPT benih induk hortikultura yang berada di Berastagi juga memproduksi benih bersertifikat,” kata Purba.

Pada tahun 2023, lanjutnya luas pertanaman wortel di Kabupaten Karo 6.229 Ha, dimana kecamatan yang paling luas adalah Barusjahe (2.110 ha) diikuti Kecamatan Simpangempat (1.435 Ha) dan Kecamatan Merek (1.227 Ha). Sedangkan produksinya adalah 136.080 ton. Kecamatan yang paling besar produksinya adalah Barusjahe (44.890 ton) diikuti Kecamatan Simpangempat (34.285 ton) dan Merek (22.980 ton) dan produktivitas wortel di Karo adalah 22 ton/Ha

Lebih lanjut dikatakan, pemasaran wortel selain dikirim ke Medan dan sekitarnya, juga dikirim ke provinsi lainnya di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Bali dan Batam serta ada yang dikirim ke Malaysia dan Singapura. (**)