Ketua Dewan Pembina GP Pdt RD Siburan Harap Penguatan Moderasi Beragama di Tahun Politik

Pematangsiantar (SIB)

Ketua Dewan Pembina Gereja Pentakosta (GP) Pdt RD Siburan SE berharap penguatan moderasi beragama pada seluruh umat di tahun politik.

“Kemarin, Pak Prof Yasona (H Laoly PdD - Menteri Hukum (Menkum) dan Hak Asasi Manusia (HAM) menegaskan hal itu. Moderasi beragama itu bukan ditujukan untuk satu agama, tapi seluruh individu yang mengaku bagian tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujar putra pejuang Gereja Pentakosta Pdt Ev Lukas Siburan (+) tersebut.

Sebagaimana diberitakan, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Djan Faridz, Prof Yasona H Laoly, Sabtu (18/11), meresmikan Christian Center.

Peresmian dihadiri sejumlah orang yang telah berbakti bagi terwujudkan Christian Centre seperti mantan Gubernur Sumut Rudolf M Pardede yang diwakili Ny Vera Natarida Pardede br Tambunan, Ketua PGLII Pdt Daniel Edy Prajitno, Ketua Dewan Pembina Gereja Pentakosta Pdt RD Siburian SE, Pimpinan Gereja Orthodox Pater Dr Chrysostomos Parluhutan Manalu MTh MM, Praeses HKBP Distrik X Medan - Aceh Pdt Henri Napitupulu MTh, Gembala Pembina GBI Rumah Persembahan Pdt R Bambang Yonan yang belakangan hadir bersama Ketua Yayasan Sumatera Berdoa Pdt Dr Robert Benedictus, seperti Pdt Dr Paul Wakkary, Dr Edward Simanjuntak yang tokoh Eksponen 66, Pimpinan Pesantren Al Akbar Al Qautsar Tuan Syech Ali Akbar Marbun, Ketum Gapeksindo Sumut Erikson Tobing. Acara dihadiri lebih dari 200 pendeta lintas denominasi dan pimpinan sinode.

Di pertemuan itu, Pdt RD Siburian bersama Menkum HAM, mantan Ephorus HKBP Pdt Dr Bonar Napitupulu dan tokoh pemuda Jadi Pane berdiskusi mengenai moderasi beragama.

Pdt RD Siburian mengatakan, konsep moderasi tidak hanya untuk umat satu agama, tapi untuk semua penganut agama.

“Aspek yang dimoderasi adalah cara beragama masyarakat, bukan agamanya. Itu salah satu kunci melestarikan kerukunan antarumat beragama,” tegasnya pembina Sinode Gereja Pentakosta yang berkantor pusat di Jalan Lingga Pematangsiantar tersebut.

“Saya tegaskan, semua agama dan penganutnya meyakini agamanya benar, itu harus dihormati. Tetapi jangan berpikiran sempit dengan membenarkan agamanya sendiri serta menyalahkan yang lain. Di sinilah diperlukan moderasi. Hanya saja dalam kehidupan sosial bersama, bagaimana kita rukun, menjaga NKRI, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan Undang Undang Dasar 1945,” tutup pria yang usianya menjelang 90 tahun, tapi masih mampu menyetir mobil untuk perjalanan jarak jauh tersebut. (**)