Belawan (SIB)
Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Medan prihatin terhadap nasib nelayan terkait kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM Solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertalite dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter.
Kondisi tersebut dikuatirkan akan membuat kehidupan nelayan skala kecil semakin terpuruk, karena biaya melaut akan meningkat, sedangkan hasil yang diperoleh akhir-akhir ini semakin berkurang diantaranya akibat cuaca ekstrim maupun persaingan dengan nelayan lain yang menggunakan alat tangkap modern.
Hal tersebut dikatakan Ketua HNSI Kota Medan, Abdul Rahman kepada wartawan, Senin (5/9).
Menurutnya, persoalan utama yang dihadapi kalangan nelayan hingga saat ini bukan naiknya harga, tetapi terkait sistem pendistribusian BBM khususnya solar, nelayan skala kecil masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar tersebut untuk melaut.
Disebutkan, ketika harga BBM solar masih Rp 5.150 per liter, banyak nelayan terpaksa membelinya dengan harga Rp 8.000 per liter dari pihak tertentu karena untuk mendapatkan BBM bersubsidi dari SPBU sangat sulit apalagi beberapa bulan lalu, ada kebijakan pemerintah yang melarang pembelian BBM dengan menggunakan jerigen.
Menurut Ketua HNSI Medan, untuk memudahkan kalangan nelayan mendapatkan BBM untuk kebutuhan melaut dengan harga yang telah ditetapkan, pemerintah, Pertamina hendaknya segera mendirikan stasiun pengisian BBM seperti di kawasan bantaran Sungai Deli Jalan Ileng, Medan Marelan, Belawan Bahari, Medan Labuhan, Belawan I yang merupakan lokasi tangkahan kapal ikan nelayan skala kecil.
Pihak HNSI Medan menyakini pendirian stasiun pengisian yang dikelola langsung oleh Pertamina dengan menyediakan BBM sesuai kebutuhan nelayan tersebut, tidak akan ada penyelewengan dengan mengorbankan kepentingan nelayan.(A9/c)